Tidak terasa siswa sekolah sudah berada di ujung semester. Setelah melewati masa ujian, mereka akan segera menerima rapor hasil belajar selama ini.
Sebagaimana bisanya, siswa akan mendapatkan nilai terhadap evaluasi belajar di semester terakhir. Tentu saja ada siswa yang mendapat nilai baik dan ada juga yang harus rela menerima nilai jelek.
Di antara penerima rapor, ada sebagian yang memang tidak beruntung. Bisa saja apa yang mereka pelajari tidak masuk katagori soal yang diujiankan atau pada saat menjawab soal ujian, tingkat kecemasan siswa lebih tinggi.
Ukuran keberhasilan siswa menjawab soal ujian erat kaitannya dengan nilai, namun angka tinggi tidak secara menyeluruh memberi gambaran besar tentang kemampuan individu.
Guru boleh saja berpatokan pada nilai ujian, tapi penting juga bagi guru untuk memahami kepribadian siswa dan daya serap ilmu yang diberikan.
Kemampuan siswa dalam menjawab soal juga bervariasi tergantung tingkat pemahaman. Ada yang mudah menangkap materi sehingga mudah menjawab soal ujian, ada juga yang memiliki kemampuan pas-pasan alias biasa saja.
Tidak Memberi Label pada Pencapaian
Sangat wajar tentunya jika angka pada nilai akan selalu bervariasi sebagaimana beragamnya latar belakang siswa. Oleh karena itu, melebel siswa pandai dengan angka tinggi tidak selalu tepat dan benar.
Variabel seperti minat siswa pada Jenis pelajaran juga memberi interpretasi dan definisi nilai yang diterima. Dengan asumsi siswa tidak selamanya memiliki semangat sama pada pelajaran berbeda, jadi efek pada nilai pasti berbeda beda.
Kecerdasan dan nilai adalah dua hal berbeda. Siswa cerdas bisa saja mendapat nilai bagus, meskipun demikian mereka yang tidak mendapat nilai tinggi juga bukan bermakna tidak cerdas.