Kebutuhan dan kemewahan terkadang menjadi penghambat seseorang untuk melatih diri berdisiplin (self-discipline). Kemewahan bahkan sudah dianggap sebagai sebuah kebutuhan pada kebanyakan orang.
Contoh yang paling sederhana ketika seseorang sedang berusaha untuk menurunkan berat badan. Ada yang terperangkap dengan tetap makan makanan seperti burger, pizza, dan roti tawar, kemudian berasumsi bahwa berat badan akan turun.
Disisi lain, ada yang setiap setahun sekali membeli furnitur baru dan ada juga yang setiap beberapa bulan sekali memperbaharui smartphone untuk stay up to date.
Kadangkala orang berpikir hidup harus dinikmati, sehingga kemewahan berubah menjadi kebutuhan. Alhasil, mereka harus rela hidup untuk mencukupi kemewahan dan mengenyampingkan kebutuhan.
Untuk bertahan hidup, seseorang tidak memerlukan kemewahan. Sementara itu, untuk hidup mewah, banyak yang lupa pada apa yang sebenarnya dibutuhkan.
Wajar saja, kita melihat rumah-rumah yang dipenuhi dengan furnitur yang pada dasarnya bukan lagi karena kebutuhan, tapi lebih pada memenuhi asas kemewahan.
Self-discipline dengan Kesederhanaan
Melatih diri untuk hidup dengan disiplin hendaknya dimulai dengan memahami perbedaan antara kebutuhan dan kemewahan. Jika makna keduanya tidak dipahami dengan jelas, maka akan sulit bagi seseorang untuk membangun self-discipline.
Pada kebanyakan orang, self-discipline tidak mudah melekat saat pola hidup berpijak pada kemewahan. Misalnya, ada yang berpatokan untuk harus memilki ini dan itu jika ingin menargetkan sesuatu dalam hidup.
Pada hakikatnya, manusia memiliki kebutuhan dasar yang memang harus dipenuhi, seperti makan, minum, dan tidur. Sementara jenis makanan, jenis tempat tidur, atau jenis minuman bukanlah sesuatu yang dibutuhkan untuk bisa hidup.