Maroko mungkin saja dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh tim sepak bola ternama. Namun, siapa sangka keajaiban terjadi di tanah padang pasir, bahkan ada air mata yang terpaksa keluar dari dua bola mata pemain ternama.
Tadi malam, tim portugal bukan hanya kehilangan kesempatan melaju ke tahap selanjutnya. Lebih dari itu, mereka harus kehilangan kepercayaan pendukungnya dan membawa rasa malu seuumur hidup.
Siapa sangka, tim Maroko di bawah bimbingan Walid Regragui mampu menyingkirkan singa lapangan bola yang bagi kebanyakan orang terlihat mustahil.
Permainan kedua tim terlihat sangat menegangkan. Masing-masing tim berusaha keras saling menyerang dan mempertahankan gawang dari tembakan lawan.
Kesempatan Maroko melaju ke tahap semifinal boleh dibilang sangat langka. Ini kali pertama dalam sejarah bola tim perwakilan Afrika berhasil masuk ke babak semifinal.
Kemenangan ini juga mewakili kegembiraan muslim di dunia. Ada sebuah lambang kemenangan sejati yang berhasil ditorehkan oleh pemain Maroko dan menciptakan sensasi baru di kalangan sepak bola.
Kini, tim Eropa harus rela menempati urutan ke bawah dengan pulangnya banyak tim legendaris. Mereka harus rela kehilangan marwah dalam sepak bola.
Isu pelanggaran HAM atas pekerja migran di Qatar kini mulai senyap, dunia barat mulai menggigit jari atas perbuatan mereka sendiri. Dunia saat ini melihat apa yang sebenarnya terjadi di Qatar dan kebenaran perlahan terungkap.
Berita-berita buruk yang digemborkan media barat untuk menjelekkan nama Qatar bisa jadi menjadi senjata makan tuan bagi dunia barat. Publik semakin terbuka mata untuk melihat bagaimana keindahan akhlak muslim di Qatar.
Dengan kemenangan Maroko, barat harus bersiap untuk mengantisipasi untuk menahan malu lebih dalam lagi. Perwakilan tim Eropa yang bakal melawan Maroko setidaknya harus rela mempersiapkan mental jika ternyata harus pulang kampung lebih dini.