Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Self-regulation, Peran Aktif Orangtua Mengajarkan Anak Cara Mengontrol Emosi

Diperbarui: 8 Desember 2022   03:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak marah. www.freepik.com

When kids learn to self-regulate, they better understand the importance of time and how to manage their own behaviors and actions.

Dalam sebuah grup WA tanpa sengaja saya menemukan sebuah artikel menarik berjudul Raised 2 Successful CEOs and a Doctor. Here's the No. 1 Skill I Wish More Parents Taught Their Kids Today

Isi artikel ini sangat bagus dan saya memutuskan untuk menuliskan topik ini. Dalam kutipan di atas tertulis "ketika anak-anak belajar mengontrol diri, mereka akan lebih baik memahami pentingnya waktu dan bagaimana mengatur sikap dan tindakan mereka".

Yang menarik dari artikel ini adalah latar belakang penulis yang membesarkan tiga anaknya yang dianggap berhasil menduduki karir terbaik disertai pola asuh yang diterapkan di rumah.

Penulis artikel ini memaparkan tiga kunci sukses mendidik anak yaitu menerapkan tiga hal: curiosity, kindness and emotional intelligence .

Dari ketiga itu, ternyata ada yang lebih penting lagi dan sering dilupakan oleh kebanyakan orang tua. Apa itu? Self-Regulation.

Self-regulation is the ability to control one's behavior, emotions, and thoughts in the pursuit of long-term goals. More specifically, emotional self-regulation refers to the ability to manage disruptive emotions and impulses---in other words, to think before acting.

Self-regulation dipahami sebagai kemampuan mengontrol sikap, emosi, pikiran untuk mencapai tujuan jangka panjang. Secara singkatnya, self-regulation adalah memikirkan sebelum bertindak.

Pentingnya Mengajari Anak untuk memahami self-regulation.

Saat terlahir, otak seorang anak berkembang pesat setidaknya tiga tahun pertama. Apa yang dilihat, dirasa, disentuh, didengar, semuanya akan menjadi rangkaian informasi yang disimpan otak.

Mudah dipahami, perkembangan otak layaknya membangun sebuah rumah. Seorang arsitek bisa mendesain sebuah rumah dengan bagus, namun apa yang lebih penting adalah bahan yang dipakai ketika membangun rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline