Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Cukai dan Perokok: Menerawang Sisi Manfaat dari Jumlah Kematian

Diperbarui: 12 November 2022   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rokok. (sumber: freepik.com)

Data yang dipaparkan tobaccofreekids.org menunjukkan jumlah angka kematian akibat rokok di Indonesia melebihi 200 ribu jiwa per tahun. Menariknya lagi, 33.8% perokok adalah para remaja berumur 15 tahun keatas dan 19.2% perokok berkisar antara 13-15 tahun.

Angka kematian yang disebabkan perokok juga berimbas pada mereka yang tidak merokok (second hand smokers). Setidaknya merujuk pada data dari sumber yang sama, 52 ribu dari 290 ribu yang meninggal per tahun adalah perokok pasif.

Sementara total biaya kesehatan untuk menangani efek merokok mencapai 27 trilyun, setara dengan 0.1% pendapatan negara Indonesia. Jumlah perokok terus naik, namun beban negara makin bertambah. 

Lantas, apakah dengan kenaikan biaya cukai, jumlah perokok akan berkurang dan beban negara hilang?

Saya rasa tidak semudah itu!. Efek merokok itu sulit dihilangkan karena sifat candu yang terlanjur menetap di otak perokok. Untuk berhenti merokok, perokok bukan hanya perlu niat tapi juga tekad kuat.

Nah, kenaikan biaya cukai memang membuat harga rokok naik. Meskipun demikian, ini tidak serta merta menjadikan perokok kapok. Toh, ada banyak cara lain untuk mengakses rokok.

Permasalahan rokok di Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari sidut pandang jumlah, namun perlu dianalisa secara mendalam bagaimana kemudahan akses rokok pada kaum remaja.

Tren merokok di Indonesia pada dasarnya sudah menjadi sebuah identitas kepribadian. Perokok erat kaitannya dengan kata 'keren', 'maskulin', 'maco'.

Lebel ini datang bukan tanpa alasan. Lihat saja iklan rokok, bagaimana tampilan pemeran iklan, pemilihan warna, sampai gambar yang dipampang besar di billboard di jalan utama perkotaan sampai spanduk di sudut pedesaan.

Fenomena perokok melekat erat pada setiap orang di Indonesia. Harga sebuah iklan rokok tidak murah, begitupula dengan target iklan yang diharapkan. 

Ada harga yang harus dibayar dari setiap spanduk yang berkibar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline