Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Kebahagiaan Hakiki Bukan dalam Harta, Namun Ada di Dalam Diri Kita

Diperbarui: 27 September 2022   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pemulung anak-anak. https://www..mediaindonesia.com

Kemarin sore seusai membawa anak bermain, pandangan saya terpaling pada dua orang anak yang sedang saling bermain tepat di sudut jalan raya tempat pemberhentian kendaraan.

Satu hal unik yang saya perhatikan dengan seksama bagaimana dua anak ini bermain seakan tanpa beban, senyum mereka begitu lepas ketika sang abang bersembunyi di belakang sebuah tiang reklame yang cukup besar untuk menutupi tubuh mungilnya.

Saya melihat begitu jelas bagaimana sang adik yang umurnya saya taksir berkisar antar 1.5-2 tahun tersenyum lebar ketika menemukan abangnya yang berdiri di sebelah tiang.

Mereka berdua tertawa riang ketika matahari hendak tenggelam. Di sebelahnya ada seorang ibu muda yang memegang kotak untuk meminta sumbangan. Ya, saya menebak beliau adalah ibu dari kedua anak yang sedang bermain.

Sekilas saya termenung, bagaimana mereka bisa bermain dan tertawa riang disaat yang sama sang ibu sedang mencari sesuap nasi untuk makan malam mereka.

Kadang begitu banyak pelajaran berharga terpampang lebar di depan mata kita, namun sedikit dari kita yang mampu melihat dan mengambil pelajaran.

Ada banyak anak-anak di dunia ini yang merasa tidak bahagia dengan alasan klise seperti tidak dibelikan mainan, makanan yang tidak enak, atau bahkan tidak diberikan smartphone oleh orangtua.

Sementara, di luar sana ada begitu banyak anak-anak yang kurang beruntung. Jangankan mainan atau makan enak, untuk tidur saja mereka tak tau hendak kemana.

Uniknya, hidup tanpa harta tidak membuat mereka sedih, bahkan canda dan tawa mereka begitu lepas seakan tidak ada beban yang mereka pikul. 

Di kesempatan lain saya juga pernah menemukan seorang ayah dan anak yang tidur di bawah jembatan ketika malam tiba selesa memulung. Dengan sebungkus nasi sang ayah menyuapi kedua anaknya yang masih kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline