Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

IQ atau EQ, Mana yang Lebih Dibutuhkan Anak?

Diperbarui: 17 Juni 2022   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nak yang suka bertanya dan sudah bisa membaca sebelum masuk bangku sekolah biasanya memiiki IQ di atas rata-rata. Sumber: Shutterstock/Yuliia D via Kompas.com

Infants begin to show signs of detecting different emotions within the first year of life! author and psychologist Daniel Goleman suggested that EQ (or emotional intelligence quotient) might actually be more important than IQ.

Dalam dunia pendidikan ada dua istilah yang sangat populer yaitu Intellectual Intelligence dan Emotional Intelligence. Keduanya sering disingkat dengan IQ dan EQ. 

Mari kita bahas sedikit tentang perbedaan keduanya secara rinci. Intellectual Intelligence erat kaitannya dengan skill analitik dan kognitif. Intinya IQ condong fokus pada Visual and spatial processing, Knowledge of the world, Fluid reasoning, Working memory and short-term memory, Quantitative reasoning.  Secara ringkasnya IQ terpusat pada kemampuan otak yang berbentuk pemahaman dan ingatan.

Sedangkan Emotional Intelligence atau EQ mengarah pada kemampuan mengenal dan mengontrol emosi. Baik itu kemampuan mengatur emosi secara individu atau bagaimana memahami dan menginterpretasi emosi orang lain. 

Nah, hal yang paling menarik dalam dunia pendidikan, kebanyakan orang menilai SUKSES dengan merujuk pada IQ. Artinya, seseorang dengan kemampuan analitik, pemahaman dan ingatan yang baik dianggap lebih pandai dan diramal lebih sukses di masa depan. Namun, benarkah demikian?

Critics began to realize that high intelligence was no guarantee for success in life

Uniknya, jika dicermati lebih lanjut, IQ bukanlah ukuran menilai kesuksesan seseorang. Para ahli psikologi berpendapat bahwa kemampuan seseorang itu tidak boleh diukur dengan beberapa hal saja seperti analytical, visual, and spatial skill, reasoning, dan memory. 

Inilah mengapa konsep Multiple Intelligence muncul ke permukaan dikenalkan oleh Howard Gardner. Menariknya, para peneliti masih mendebatkan apakah kemampuan seseorang didasari nature(secara alami) atau nurture (didikan).

Sekarang, mari kita melompat sedikit ke kurikulum sekolah. Pada awalnya, konsep kurikulum sekolah hanya tertitik pada IQ, baru kemudian konsep EQ muncul di awal era 90 an karena para psikolog mendapatkan fakta bahwa EQ memiliki peran signifikan dalam kesuksesan.

Di Indonesia sendiri kita mengenal istilah Pendidikan Karakter. Kata 'karakter' inilah yang mengacu pada EQ, dimana siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan mengenal emosi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline