Istilah sharenting muncul ke permukaan seiring berubahnya pola asuh orangtua. Dulu para orangtua fokus pada membesarkan anak tanpa terganggu dengan smartphone, namun bagi para orangtua milenial kehadiran smartphone telah merubah cara membesarkan anak.
Adapun sharenting merupakan gabungan kata share dan parenting, dimana para orangtua menjadikan momen perkembangan anak sebagai ajang berbagi pada media sosial.
Sayangnya, banyak konsekuensi yang harus dipertaruhkan orangtua ketika foto dan video anak tersebar di media sosial seperti instagram, WA, facebook, dll.
Dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab
Hal yang paling mendasar adalah tersimpannya foto dan video anak pada perangkat ponsel orang lain. Ketika ini terjadi, maka orangtua akan kehilangan 'hak' untuk menjaga.
Bahkan, foto dan video yang di share melalui WA akan sangat mudah untuk di screenshoot. Sementara tumbuh kembang anak adalah masalah privacy yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh oranglain.
Tidak sedikit orangtua muda yang bahkan rela membagikan status anak yang sedang mandi tanpa pakaian. Apakah ada yang bisa menjamin video ini nantinya akan dijadikan 'bahan' bagi mereka yang ingin memanfaatkannya?
Khusus bagi anak, foto dan video mereka adalah koleksi berharga saat mereka dewasa. Namun, ini bisa saja berubah menjadi malapetaka jika suatu ketika saat dewasa mereka melihat foto mereka beredar di website tertentu.
Untuk mencegah kejadian yang tidak bisa diprediksi di masa depan, ada baiknya orangtua lebih bijak menggunakan koleksi foto dan video anak.
Jikapun ingin mengshare foto dan video anak ke publik, maka pilihkan foto yang sopan dan yang tidak memperlihatkan hal-hal yang mengandung privacy seperti nama lengkap dengan identitas kelahiran dan alamat.