Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Authoritarian, Gaya Asuh Penyebab Anak Mudah Takut dan Cemas

Diperbarui: 17 Januari 2022   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gaya asuh authoritarian (otoriter) bisa berdampak buruk pada anak.| Sumber: Freepik via parapuan.co

Authoritarian (otoriter) adalah satu diantara 4 gaya asuh yang memiliki efek negatif bagi anak. Dua ciri khas gaya asuh ini yaitu: (1). Sangat kritis dan mengontrol, (2). Sedikit memuji

Orangtua yang masuk dalam kategori gaya asuh ini condong ingin mendisiplinkan anak dengan menekankan rasa hormat dan tuntutan agar anak tunduk dan patuh kepada orangtua.

Adapun gaya asuh authoritarian juga fokus pada aturan dan hampir tidak memberikan ruang gerak pada anak. Rumah dengan pola asuh ini identik tertutup karena anak lebih banyak berada di dalam rumah.

Apakah saat ini masih ada orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini? Jawabannya tentu saja masih. Meskipun demikian, banyak orangtua yang juga sudah beralih ke gaya asuh lebih fleksibel seperti authoritative dan permissive. Saya akan membahas ini di tulisan lainnya.

Nah, gaya asuh authoritarian ternyata memiliki efek buruk pada anak YAITU MUDAH CEMAS DAN GAMPANG MENYERAH.

Ilustrasi gambar: www.parentingforbrain.com

Sifat Otoriter Menyebabkan Anak Terkekang

Diantara beberapa hal yang menjadikan anak terkekang yaitu peraturan yang dibuat orangtua begitu ketat, tuntutan orangtua yang terkadang bertolak belakang dengan keinginan anak, serta kurangnya perhatian ke anak.

Gaya asuh authoritarian mengedepankan tujuan dari yang lain. Anak dituntut untuk fokus pada 'peta' yang sudah disiapkan orangtua. Misalnya, anak harus ikut aturan orangtua, tidak boleh membantah, dan dilarang memilih keinginan sendiri.

Memang sekilas gaya asuh ini punya sisi positif, yaitu anak akan taat pada orangtua dan lebih disiplin. Sayangnya, sifat otoriter dapat berdampak pada sisi psikologis anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline