Kenapa sulit sekali mengubah perilaku anak?
Pertanyaan di atas tidak terjadi pada satu orangtua, namun hampir mayoritas orangtua memiliki permasalahan yang sama. Mengubah perilaku anak dari negatif ke positif tentu bukan hal yang mudah.
Di balik perilaku anak yang negatif, sebenarnya ada kesalahan cara orangtua berkomunikasi dengan anak. Kesalahan ini muncul dari pemilihan kata saat menyuruh atau menanggapi pembicaraan anak.
Dalam dunia anak, proses "pencernaan" kata-kata di dalam otak tidaklah sama seperti orang dewasa. Anak butuh kata-kata yang sederhana, simpel, dan mudah dipahami. Kenapa?
Karena otak anak masih dalam tahap berkembang. Masih dibutuhkan banyak input untuk membantu koneksi antar pesan. Sehingga, pemilihan kata yang sulit dipahami oleh anak dapat berujung pada perilaku yang dianggap orangtua "tidak wajar".
Orang dewasa memiliki interpretasi yang berbeda tentang sebuah kewajaran. Benar tidak? Khususnya orangtua, umumnya kita beranggapan apa yang tidak sesuai dengan kemauan kita akan masuk pada wilayah "tidak wajar".
Lalu, apa yang terjadi? Saat anak tidak melakukan yang kita mau, kita akan melabeli anak sebagai anak nakal.
Jadi, kata nakal itu sangat bergantung pada sudut pandang sebuah kewajaran dalam konteks pemahaman orangtua.
Saya tidak ingin membahas ini lebih panjang. Mari kita fokus menyederhanakannya agar mudah dicerna dan dipahami.
Nah, saya coba kembali ke topik semula. Dalam dunia anak, bahasa tubuh akan lebih dominan menjadi alternatif peluapan emosi. Artinya, seorang anak akan memperlihatkan perilaku yang kita anggap "nakal" sebagai reaksi atas kegagalan memahami pesan.