Kemampuan berpikir positif menghadirkan kebaikan bagi tubuh. Namun, apakah benar saat dalam keadaan sedih seseorang bisa atau mampu berpikir positif?
Setiap orang secara alamiah menghadapi rangkaian perjalanan dalam hidup. Ada sedih dan tentu ada senang, ada canda tawa dan tangisan. Semua itu hal wajar dan mesti terjadi karena memang hidup bukan perkara senang saja.
Adapun rasa senang dan sedih memicu munculnya dua hormon yang berbeda pada otak, dimana ini sangat berpengaruh terhadap reaksi anggota tubuh lainnya. Sebagai contoh, saat seseorang berhasil melakukan sesuatu maka akan muncul rasa senang sehingga mood akan baik, sebaliknya jika gagal maka akan muncul rasa sedih yang juga merubah mood.
Saya memiliki seorang teman yang dulunya saat kuliah berkenalan dengan seorang cewek dan membangun hubungan namun akhirnya berakhir tidak baik. Rasa cinta yang mendalam namun berakhir dalam kekecewaan membuatnya terpukul berat. Apa yang terjadi? kuliah tidak ia selesaikan dan hidup semakin kacau.
Ini merupakan satu contoh bagaimana tubuh bereaksi terhadap sebuah rasa. Dalam konteks rasa kecewa otak memberi perintah untuk merubah mood dan bisa berakhir pada depresi dan hal buruk lainnya. Maka sangat wajar kalau kita melihat orang dengan rasa kecewa umumnya tidak bergairah dalam melakukan aktifitas sehingga produktifitasnya menurun drastis.
Pertanyaannya adalah, apakah berada dalam rasa kecewa dengan mood yang negatif itu wajar?
Jika menjawab dari segi wajar sebagai sebuah hukum alam atau sifat alamiah itu benar, namun mempertahankannya dalam waktu lama itu adalah tindakan yang tidak benar. Maka perlu dipahami adalah meratapi kesedihan dan kekecewaan adalah hal wajar jika dalam waktu singkat, dan menjadi tidak baik dalam waktu lama.
Let it go and forget it
Membiarkan rasa sedih atau kecewa untuk pergi begitu saja tidak mudah. Jadi, sangat wajar kita melihat orang yang berhasil bangkit dari sebuah rasa kecewa atau sedih memiliki sebuah prinsip hidup yang positif. Kembali ke cerita teman saya yang terpuruk paska ditinggal cewek, apa yang terjadi?
Untuk beberapa bulan rasa kecewa sangat berdampak buruk dalam pola hidupnya. Bahkan ia sempat mengurung diri dan menjaga jarak dengan orang. Lalu, apakah berakhir tragis?