Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Lemahnya Manajemen Keuangan dalam Keluarga Menjadi Sebab Rapuhnya Perekonomian Masyarakat Kelas Menengah

Diperbarui: 26 Oktober 2020   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:www.unsplash.com

Selain rendahnya tingkat literasi, Indonesia juga mengalami masalah serius dalam hal manajemen keuangan di tingkat keluarga. Kebiasaan hidup dengan pola 'jajanan' menjadikan banyak anak dalam keluarga menengah kebawah memiliki 'mindset' keuangan yang membuat mereka terperangkap dalam kemiskinan lebih lama atau bahkan selamanya.

Konsep 'jajanan' dalam lingkup keluarga bisa menjadi awal jebolnya sistem keuangan paling dasar. Tanpa disadari, jika ditelusuri, mungkin hampir 1/3 anggaran keluarga terserap ke jajajan anak baik di sekolah atau diluar sekolah. Hal ini terlihat sederhana tapi sebenarnya adalah sebuah 'bencana'. Benarkah?

Tidak sedikit keluarga yang sangat melek keuangan, apalagi jika merujuk pada kebanyakan keluarga di level menengah kebawah. Hal ini bukan sebuah rahasia, tapi memang sudah menjadi kebiasaan dalam rumah tangga. 

Anak dibekali uang sebagai jajanan saat disekolah dan diluar sekolah saat ekstrakurikuler berlangsung. Tidak ada yang salah dengan 'uang jajanan', tapi pola pemberian uang tanpa 'plan' dan 'budgeting' akan menimbulkan 'mindset' yang salah dalam hal manajemen uang.

Kenapa 'budgeting' sangat penting dalam keluarga?
Setiap keluarga harus memiliki perencanaan keuangan yang baik agar tidak hidup boros dan yang paling penting adalah mendidik anak untuk paham konsep penggunaan uang secara bijak. Manajemen keuangan dalam keluarga memiliki efek positif dalam hal membangun keluarga secara utuh dengan anggaran yang direncanakan dan dihabiskan tepat sasaran.

Mari kita lihat bagaimana kebanyakan keluarga menghabiskan uang. Seorang ayah memberikan uang kepada istrinya lalu dibelanjakan untuk kebutuhan harian, sebagian lainnya mendarat ditangan anak-anaknya untuk uang jajan sekolah, dan beberapa kebutuhan lainnya yang bisa datang tanpa diundang. 

Hal ini tentu tak akan selalu sama antar keluarga, ada sebagian ayah yang menjadi 'bank' resmi bagi keluarganya sehingga uang bisa keluar berapapun setiap harinya tanpa catatan.

Apa Kelemahan Sistem Keuangan Rumah Tangga Tanpa 'Budgeting' dan 'Planning'?

1. Uang Keluar tidak Terhitung

Sadar atau tidak, saat sebuah kepala keluarga tidak punya standar perencanaan keuangan dalam rumah, Uang yang keluar tidak akan pernah jelas jumlahnya. Sehingga, seorang Ayah akan kembali bekerja saat uang tidak lagi berada di tabungan atau saku celana. Berbeda jika ada kalkulasi sebelum uang keluar dan saku celana dan mendarat di tangan anak. 

Saat seorang ayah tidak mencatat pengeluaran, ia tak akan pernah tahu kemana saja uang yang terhabiskan. Buruknya, ia tidak memiliki standar penggunaan uang dengan baik dan bijak. Imbasnya, anak akan terus menadahkan tangan saat ia 'perlu' uang untuk sebuah kebutuhan yang mungkin tidak membawa manfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline