Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Jangan Manjakan Anak jika Ingin Mereka Sukses

Diperbarui: 6 Januari 2023   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kedekatan orangtua dengan anak (Sumber: education.gov.gy)

Rasa sayang Orangtua kepada anak terkadang menjadi racun yang berbisa 

Anak membutuhkan kasih sayang dari orangtua untuk bisa tumbuh secara normal. Namun kasih sayang yang diberikan berlebihan bisa berubah menjadi racun berbisa yang mematikan bagi anak kelak ketika mereka dewasa. 

Saya sering sekali melihat orangtua yang memberikan kasih sayang kepada anak secara salah atau condong mengarah ke negatif. Sebagai contoh banyak orangtua yang memberikan apa saja kepada anak saat mereka masih kecil sebagai ungkapan rasa "sayang". 

Saya memberikan kata kuti pada kata sayang karena kebanyakan salah memaknai kata tersebut, sehingga banyak sekali anak yang tumbuh dewasa menjadi anak manja dan tidak menghormati orangtua. 

Memberikan kasih sayang kepada anak adalah hal yang wajar dan sangat penting. Tapi perlu dipahami bahwa jika kasih sayang dicurahkan dengan cara yang salah, maka akan menghasilkan anak yang bermasalah. 

Sebenarnya tidak ada yang namanya anak yang bermasalah, melainkan semua dimulai dari gaya asuh yang salah karena ketiadaan ilmu "parenting" pada kebanyakan orangtua.

Anak yang masih berumur 1-3 tahun memiliki masa perkembangan sangat aktif, khususnya pada bagian otak. Masa tiga tahun ini seorang anak butuh kasih sayang yang datang dari kedua orangtua. 

Kasih sayang ibu bisa datang dari kontak fisik yaitu pemberian ASI secara langsung kepada bayi. Sementara kasih sayang ayah bisa berupa komunikasi dan interaksi intens bersama bayi setiap hari. 

Bahkan penelitian terbaru dari dua kampus ternama di Inggris membuktikan bahwa pola interaksi orangtua kepada anak memiliki peran penting membentuk kepribadian anak. Artinya, semakin sering kedua orangtua berinteraksi dengan anak semakin baik bagi perkembangan otak anak. 

Banyak orangtua, terlebih yang baru menikah dan memiliki anak pertama, memiliki pola pikir atau "mindset" yang salah tentang perkembangan anak. Tak heran jika banyak orangtua yang menjadi anak sebagai objek penelitian. Khususnya bagi orangtua yang punya penghasilan bagus, mereka condong membelikan anak berbagai macam mainan saat anak masih kecil. Tidak sedikit yang bertujuan agar anak bisa lalai dengan mainan, bukan sebagai media belajar. Sama halnya seperti hadirnya "smartphone" yang menjadi mainan baru untuk "melalaikan" anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline