Di tengah gejolak politik yang semakin merayap menjelang pemilihan umum, peran televisi sebagai salah satu kekuatan utama dalam menginformasikan dan merangkul pemirsa menjadi semakin signifikan. Televisi, dengan segala daya tarik dan keberagamannya, bukan sekadar penyalur berita, melainkan panggung interaktif yang mampu memunculkan kesadaran politik dan menyatukan pemirsa dari berbagai lapisan masyarakat. Mari kita telusuri kekuatan yang melandasi televisi sebagai mesin pemilu yang mampu menggugah dan menggerakkan hati pemirsa dalam dinamika politik saat ini.
Dalam masyarakat modern, televisi juga alat sosialisasi politik yang sangat kuat. Dalam konteks pemilu, televisi memiliki fungsi lebih dari sekadar menyampaikan informasi politik; ia adalah cermin perdebatan, naratif, dan realitas politik yang membangun opini publik. Kemampuannya menggambarkan keadaan politik dengan gambar dan suara menciptakan pengalaman visual yang memungkinkan pemirsa untuk merasakan setiap nuansa peristiwa politik.
Pada era pemilu, daya tarik televisi sebagai medium utama menjadi semakin mencolok. Dukungan data dari Nielsen menunjukkan lonjakan penonton televisi sebesar 71%, melibatkan sekitar 52 juta pemirsa. Fenomena ini memberikan landasan kuat bahwa televisi memiliki daya tarik yang tidak tergoyahkan ketika pemirsa mencari pemahaman mendalam tentang perhelatan politik. Keberagaman program, dari berita hingga acara politik khusus, memberikan pilihan yang luas bagi pemirsa untuk terlibat dan memperdalam pengetahuan mereka.
Keberadaan stasiun-stasiun televisi yang dimiliki oleh tokoh politik, seperti RCTI, iNews TV, Global TV, dan MNC TV milik Hary Tanoesoedibjo, semakin memperkuat kehadiran politik di dunia televisi. Melalui saluran ini, pesan politik dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dari perkotaan hingga pelosok desa, membuka ruang partisipasi yang seimbang dalam perbincangan politik. Pemberitaan yang merata dari berbagai wilayah menciptakan ikatan antara pemirsa dan realitas politik yang terjadi di seluruh negeri.
Partai politik, seperti yang diwakili oleh Partai Perindo, memanfaatkan kekuatan komunikasi politik melalui televisi dengan penuh strategi. Iklan politik, tayangan ulang lagu Mars Perindo, dan liputan kegiatan sosial merupakan instrumen yang digunakan untuk membangun citra partai sebagai entitas yang peduli dan proaktif. Partai Perindo, dengan mengadopsi strategi pemasaran yang mengedepankan emosi dan kepedulian sosial, berhasil menarik perhatian pemirsa dan membangun identifikasi positif terhadap partai tersebut.
Pemahaman akan segmentasi pemirsa menjadi kunci dalam menciptakan konten yang relevan dan menarik. Partai Perindo, dengan mengidentifikasi pemilih muda, pelaku UMKM, masyarakat kecil, kaum Ibu, dan nasionalis sebagai target, berhasil membawa isu-isu politik ke dalam ranah yang lebih personal dan dekat dengan hati pemirsa. Pemilihan narator dan tokoh yang dapat meresapi kebutuhan dan keinginan setiap segmen pemirsa menjadi langkah kritis dalam membangun kedekatan emosional.
Tantangan yang dihadapi, seperti penyalahgunaan dan pembingungan pemirsa, dapat diatasi melalui regulasi yang jelas terkait durasi dan konten iklan politik. Keberhasilan televisi sebagai mesin pemilu tidak hanya terletak pada informativitas, tetapi juga pada kemampuannya menghadirkan isu-isu politik dengan kepekaan emosional yang mampu merangkul pemirsa. Dengan menyajikan informasi politik dalam bentuk yang atraktif dan mudah dipahami, televisi dapat menjadi medium yang efektif untuk memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi.
Dengan sinergi yang baik antara televisi, partai politik, dan pemirsa, televisi dapat berperan sebagai perekat opini publik. Dalam era pemilu ini, televisi menjadi kunci utama untuk membangun kesadaran politik dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dinamika demokrasi. Sebagai mesin pemilu, televisi memiliki potensi besar untuk tidak hanya menjadi penyebar informasi, tetapi juga penopang keberlanjutan demokrasi melalui keterlibatan aktif dan cerdas dari pemirsa.
Referensi:
Fahrian, F., & Priyatno, H. (2017). Media Televisi Sebagai Basis Komunikasi Politik Partai Nasional Demokrat (Studi Penelitian Terhadap DPP Nasdem). Journal of Politic and Government Studies, 6(03), 171-180.