Lihat ke Halaman Asli

Masyita Crystallin

TERVERIFIKASI

Ekonom Senior dan Pakar Ekonomi Hijau

Inflasi November 2024: Tantangan Pemulihan Ekonomi di Tengah Tantangan Global

Diperbarui: 21 Desember 2024   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi fluktuasi ekonomi ( Sumber: Freepik/pixelshunter)

Pada November 2024, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,55% lebih rendah dibandingkan November tahun sebelumnya sebesar 1,71%. Meski demikian, secara bulanan (month-on-month), inflasi naik 0,3% lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober di 0,08%.

Inflasi kali ini disebabkan oleh tiga komponen utama yakni inflasi inti, harga yang diatur pemerintah, dan harga barang yang fluktuatif. Inflasi inti yang mencerminkan harga barang dan jasa seperti jasa pendidikan dan perawatan kesehatan, meningkat 2,26% secara tahunan dan 0,17% secara bulanan.

Harga yang diatur pemerintah, seperti tarif listrik dan bahan bakar, naik 0,82% secara tahunan dan 0,12% secara bulanan. Sementara itu, harga barang yang fluktuatif, seperti bahan makanan mengalami penurunan -0,32% secara tahunan, tetapi mengalami kenaikan tajam 1,07% secara bulanan, didorong oleh kenaikan signifikan harga bawang merah, minyak goreng, dan daging ayam.

Faktor Pemicu Kenaikan Harga

Kenaikan harga di bulan November disinyalir karena tingginya permintaan menjelang libur natal dan tahun baru serta berakhirnya musim panen. Kategori barang yang mengalami kenaikan paling besar secara tahunan meliputi perawatan pribadi dan jasa lainnya (7,26%), penyediaan makanan dan minuman restoran (2,40%), dan biaya pendidikan (1,89%). 

Sedangkan kenaikan paling besar secara bulanan meliputi komponen makanan, minuman, dan tembakau (0,78%), perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,65%), dan penyediaan makan dan minuman/Restoran (0,17%). Namun tidak semua barang mengalami kenaikan harga seperti beras, cabai merah, dan cabai rawit justru mencatat penurunan, membantu meredam tekanan inflasi secara keseluruhan.

Pemulihan Ekonomi dan Tantangan Global

Pemulihan yang bertahap membutuhkan stabilitas kebijakan dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6% sebagai langkah menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Harapan besar juga tertuju pada pemerintahan baru akan janji ekspansi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan lebih signifikan.

Namun, ketegangan global antara Amerika Serikat dan China menjadi ancaman serius. Potensi perang dagang jilid dua yang dapat mengganggu rantai pasok global dan stabilitas ekonomi domestik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline