Lihat ke Halaman Asli

Masyita Crystallin

TERVERIFIKASI

Ekonom Senior dan Pakar Ekonomi Hijau

Menimbang Untung-Rugi Indonesia Gabung BRICS dari Sudut Pandang Ekonomi Hijau

Diperbarui: 2 November 2024   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RIA NOVOSTI/ALEXEI DANICHEV via BRICS RUSSIA 2024 & KOMPAS.com

Di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024, Indonesia menyatakan keinginannya bergabung dengan BRICS+. Sebuah aliansi ekonomi berbagai negara berkembang yang didirikan oleh Brasil, Rusia, India, China, lalu Afrika Selatan.

BRICS lahir dari kehendak untuk mengukir ulang peta kekuatan dunia. Ia ingin menjadi penyeimbang blok Barat yang telah lama mendominasi arsitektur keuangan dan perekonomian global lewat institusi seperti Bank Dunia (the World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Dalam perkembangannya, BRICS tumbuh lebih luas dengan menggandeng negara-negara berkembang lainnya dalam format BRICS+. Forum ini semakin menarik untuk menumbuhkan solidaritas "Kerja Sama Antar-Negara Selatan" atau "South-South Cooperation"---sebuah gema sejarah lama, dimana negara-negara ini bercita-cita hidup di atas kakinya sendiri.

Di sinilah memori akan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung kembali terpanggil. Kala itu, pemimpin-pemimpin dari berbagai negara baru Asia dan Afrika bertemu dan meletakkan fondasi bagi kerja sama yang mencoba melepaskan diri dari jeratan kolonialisme.

Semangat dan visi besar ini kini kembali menggaung dalam BRICS+. Inilah yang membuka kesempatan Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita lama tersebut sebagai penerapan Politik Bebas Aktif untuk menciptakan dunia yang lebih seimbang dan berkeadilan.

Keuntungan Ekonomi Hijau Indonesia di BRICS+

Image by freepik from freepik.com

Bergabung dengan BRICS+ akan membuka peluang bagi Indonesia menjadi lebih mudah dalam mengakses berbagai peluang kerja sama dengan negara-negara anggota. Termasuk dalam hal inisiatif-inisiatif keberlanjutan.

Di bawah BRICS+ terdapat New Development Bank (NDB), lembaga yang menawarkan pembiayaan bagi proyek-proyek pembangunan berkelanjutan, sebagaimana fungsi World Bank.

Ada juga Bank Investasi Infrastruktur Asia  (AIIB) yang dapat memberi pembiayaan bagi proyek-proyek infrastruktur berkelanjutan. Bagi Indonesia, yang tengah bergegas mengejar ekonomi hijau, hal ini tentu menggiurkan.

Di tengah dominasi lembaga keuangan Barat yang kadang menuntut lebih, kehadiran NDB dan AIIB dapat memberikan sumber pendanaan alternatif yang lebih fleksibel. Harapan untuk mempercepat transisi energi dan menurunkan emisi karbon jadi kian dekat.

Dorongan hijau ini semakin penting mengingat Indonesia sedang bergerak meninggalkan ketergantungan pada batu bara dan energi fosil lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline