Lihat ke Halaman Asli

Gelitik Korupsi

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi di antara dua orde, Orde Baru dan Orde Reformasi tentu saja. Bukan barang baru dan masih selalu menghias pemberitaan media massa, bukan barang basi dimana korupsi masih terus terjadi. Berharap saja agar tak jadi tradisi, lalu susah atau bahkan jadi tak terbasmi.

Korupsi di antara dua orde, tak jauh beda pola dan modusnya, hanya saja selalu dapat menyesuaikan diri dengan jaman. Pelaku korupsi mudah beradaptasi dengan keadaan dan situasi, selalu mampu menyesuaikan diri persis seperti pengertian baku kata "modern" dalam kamus. Sementara, perangkat negara menyangkut upaya pemberantasan korupsi, masih sama seolah menghadapi tembok besi hingga mirip harimau tak bergigi. Ironisnya malah terkadang justru tersangkut kasus yang ditangani atau malah jadi salah-satu kroni para koruptor dan petinggi negeri.

Korupsi di antara dua orde, sulit dibedakan kecuali pada hirup pikuk pemberitaan dan gempitanya pidato pemberantasan korupsi yang justru kian menjadi. Hingga akhirnya, korupsi bukan lagi musuh dan ancaman kemakmuran negeri, tapi lebih sebagai gelitik yang bikin geli di tengah keinginan warga bangsa untuk bisa berbangga dengan negeri sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline