Lihat ke Halaman Asli

Masumawati

Saya adalah seorang Guru SD

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Kearifan Lokal

Diperbarui: 15 Januari 2024   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam pembelajaran kurikulum merdeka terdapat sistem pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini menuntut guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berpihak pada siswa disamping itu guru harus mampu melakukan asesmen pada pembelajaran, siswa, dirinya, dan lingkungannya.

Namun, kenyataanya masih banyak guru yang menganggap semua murid sama tanpa melihat keberagamannya. Hal ini penting untuk diperhatikan, kerap kali guru terfokus untuk mengajar dengan kurang memperhatikan apa yang dibutuhkan setiap siswanya, guru cenderung melakukan pembelajaran secara keseragaman sedangkan siswa memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda -- beda.

Sehingga, dalam mengikuti pembelajaran siswa pasif dan kurang bermakna. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan, guru dapat melakukan asesmen diagnostik guna memetakan karakteristik setiap siswa. Hal ini digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat perangkat, model, strategi, materi, dan evaluasi pembelajaran. 

Salah satu solusi untuk mendukung terlaksananya pembelajaran berfirensiasi, guru dapat mengaitkannya dengan kearifan lokal dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya, menggunakan lagu daerah serta pengadaptasian permainan tradisional.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru akan mengajak siswa terlibat dalam pemahaman budaya dan konstruksi pengetahuan melalui sumber belajar yang berkaitan dengan konteks budaya siswa. Misalnya, guru memberikan contoh aplikasi materi pembelajaran secara nyata yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari siswa dimana mayoritas siswa tersebut berasal dari Kalimantan Selatan sehingga guru mengenalkan siswa pada lagu daerah yang ada di Kalimantan Selatan. 

Siswa dapat belajar bahasa daerah dan mengartikannya dalam bahasa Indonesia. Kemudian, guru dapat mengaitkan beberapa kata-kata yang ditemukan dengan contoh/cerita yang ada dikeseharian siswa. 

Siswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk membahas konsep dan perspektif budaya seperti mengartikan kata tersebut ke bahasa daerah lain yang siswa ketahui. Selain itu, untuk dapat menumbuhkan semangat siswa penggunaan permainan dalam pembelajaran seperti adaptasi permainan Balogo (Bawa Bola Lontar dan Goal).

Penekanan pada budaya siswa dalam pembelajaran dapat membantu upaya mendekatkan siswa dengan konteks pembelajarannya, tetapi diharapkan dapat menjembatani munculnya kesadaran siswa terhadap identitas budayanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline