Apapun modusnya, penipuan digital semakin meresahkan. Di era yang serba canggih seperti sekarang ini, semua manusia dari berbagai jenjang usia menggunakan handphone dan berbagai alat komunikasi elektronik lainnya.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja juga menggunakan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk urusan pekerjaan, maupun memenuhi tugas sekolah dan kuliah.
Tak terkecuali, para pencuri pun menggunakan gawai untuk beraksi. Pengalaman pribadi yang terjadi bertahun-tahun lalu, bagi saya pribadi dapat menjadi pengalaman pahit yang tidak terlupakan.
Pemakaian gawai memang sudah marak saat itu walaupun tidak sebanyak sekarang ini. Modus penipuan juga belum seramai sekarang ini.
Pada suatu malam ketika saya sedang sendirian, tiba-tiba ada seseorang yang menghubungi saya melalui gawai (handphone).
Dia mengaku sebagai teman sekolah, yang sebenarnya saya sudah melupakan siapa sebenarnya dia. Pembicaraan pun berlanjut hingga secara tak sadar saya telah menyebutkan sebuah nama.
Berawal dari nama tersebut, saya terhipnotis untuk mengirimkan uang dalam bentuk pulsa. Dari seratus ribu, hingga beratus-ratus ribu. Semua berjalan sangat mulus hingga akhirnya saya pun tersadar jika malam itu saya benar-benar tertipu.
Gawai pun saya letakkan dengan posisi sangat ketakutan. Ketika suami pulang dari sebuah acara, segera saya ceritakan kejadian malam itu. Ternyata si penipu itu masih berusaha menghubungi nomor pribadi di gawai yang saya letakkan. Dengan tegas, suami pun dapat menolak dan menghentikan si penipu itu.
Sejak saat itu, saya sangat berhati-hati soal komunikasi melalui gawai. Bagaimana agar kita terhindar dari penipuan digital?
1. Tetaplah waspada di manapun berada.