Lihat ke Halaman Asli

Mustopa

Petani

Siapkah Indonesia Menghadapi Era AI?

Diperbarui: 26 Mei 2023   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mesin CNC. Sumber : Pixabay

Sembilan belas tahun yang lalu saya belajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan teknik pemesinan. Di sekolah tersebut saya mempelajari berbagai macam pengetahuan mengenai mesin produksi yang digunakan di dunia industri seperti mesin bubut, milling, skrap, dan frais. Mesin-mesin tersebut merupakan jenis mesin konvensional yang masih dioperasikan secara manual. Di dunia industri mesin-mesin tersebut memang masih digunakan, namun dengan jumlah yang sedikit. Hal tersebut dikarenakan dunia industri telah mulai menggunakan mesin dengan teknologi yang lebih canggih yakni CNC (Computer Numerical Control) yang mampu bekerja secara otomatis. Akan tetapi karena mesin tersebut masih sangat mahal, pengetahuan CNC sangat sedikit diberikan di sekolah. Untuk melihat dan praktik menggunakan mesin tersebut harus harus belajar di sekolah lain.

CNC merupakan mesin otomatis yang berjalan menggunakan program komputer. Mesin ini mulai dikembangkan oleh John Pearseon dari Institut Teknologi massachusetts, atas nama Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1952. Kemudian pada tahun 1970’an CNC mulai dikembangkan untuk keperluan industri. Pada mulanya hanya industri tertentu yang menggunakan CNC karena harga mesin yang sangat mahal. Akan tetapi setelah berkembangnya mikroprosesor produksi CNC berkembang dengan pesat. Saat ini CNC telah digunakan diberbagai bidang. Karena kemampuan yang dimilikinya, CNC dapat dikategorikan sebagai robot dengan yang memiliki sistem kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Karena pengetahuan mengenai CNC sangat sedikit saya dapatkan di sekolah, kecanggihan CNC itu baru saya ketahui setelah bekerja di sebuah perusahaan di pinggiran Kota Yogyakarta. Dari situ barulah saya mengerti jika kemampuan mesin konvensional dan CNC memiliki perbedaan yang begitu mencolok. Salah satu perbedaan itu adalah dari waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang. Jika untuk memproduksi barang dengan mesin konvensional membutuhkan waktu yang cukup lama, maka dengan menggunakan CNC waktu yang digunakan begitu singkat. Kemudian ukuran yang dihasilkan dengan menggunakan CNC pun lebih presisi. Oleh karena itu, dengan menggunakan mesin CNC maka sebuah perusahaan dapat memproduksi barang dalam jumlah yang banyak dengan hasil yang serupa baik dalam ukuran, bentuk, maupun tingkat kehalusan.

Perusahaan tempat saya bekerja pada mulanya menggunakan mesin konvensional untuk memproduksi barang. Namun karena tuntutan konsumen, perusahaan pun mulai menggunakan CNC. Sebagai dampaknya perubahan tersebut mengakibatkan beberapa karyawan harus rela kehilangan pekerjaan dengan dipindah bagian atau bahkan diberhentikan. Hal tersebut dikarenakan rata-rata karyawan tidak mampu mengoperasikan mesin CNC yang tidak mereka pelajari ketika belajar di sekolah. Pasca perubahan tersebut, jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan pun semakin sedikit. Hal tersebut karena satu orang operator mesin CNC dapat mengoperasikan beberapa mesin sekaligus.

Dampak perubahan dari mesin konvensional ke mesin CNC itu hingga saat ini masih selalu saya ingat terutama untuk memahami kondisi saat ini yang erat dengan perubahan teknologi. Akhir-akhir ini perkembangan AI memang terlihat begitu pesat, terutama yang dalam teknologi informasi. Sebagai contoh adalah kemunculan Chat GPT (Chat Generative Pre-Trained Transformer) pada tahun 2021 yang lalu. Chat GPT merupakan sebuah program yang berbasis teks yang sangat canggih. Program tersebut dikembangkan oleh OpenAI, sebuah perusahaan asal San Francisco, California, Amerika Serikat. Dalam membangun program tersebut, OpenAI menggunakan teknologi terbaru dalam bidang NLP (Natural Language Processing/Pengolahan Bahasa Alami) yang merupakan cabang ilmu komputer dan kecerdasan buatan yang berfokus pada interaksi antara manusia dengan mesin menggunakan bahasa manusia.

Fitur Chat GPT berupa percakapan yang dilakukan oleh pengguna dengan AI. Pengguna dapat bertanya apapun melalui chat tersebut, bahkan dapat meminta untuk dibuatkan surat, menulis cerpen, menulis code, atau menulis lagu. Dalam menanggapi pengguna, AI akan menjawab pertanyaan dengan bahasa yang serupa. Apabila pertanyaan atau permintaan kurang pantas atau tidak dijawab maka AI akan memberi jawaban secara jujur. Saya sendiri telah beberapa kali mencoba fitur Chat GPT tersebut. Menurut hemat saya, Chat GPT memang memiliki teknologi yang canggih. Akan tetapi untuk saat ini memang belum semua jawaban benar-benar tepat. Kemungkinan besar karena teknologi tersebut masih tergolong baru dan masih dalam taraf pengembangan. Namun dimasa yang akan datang, kemungkinan besar Chat GPT akan memiliki peran yang signifikan bagi kehidupan umat manusia.

Kemunculan Chat GPT pun telah memunculkan berbagai komentar dan analisa dari berbagai pihak. Ada yang sepakat setelah melihat manfaat dari teknologi tersebut, namun tidak sedikit pula yang mengkritisi teknologi tersebut karena dampak yang akan timbul di masa yang akan datang. Menurut kabar yang beredar, raksasa internet seperti Google pun merasa was-was dengan kehadiran Chat GPT. Hal tersebut karena kemampuan Chat GPT di masa yang akan datang diprediksi kemungkinan besar lebih efisien dibandingkan dengan mesin pencarian. Karena dengan menggunakan Chat GPT pengguna hanya perlu mengunjungi satu situs saja dan telah mendapatkan informasi yang akurat. Sedangkan dengan menggunakan mesin pencarian, pengguna masih harus memilih dan membuka situs yang lainnya.

Menurut hemat saya, kemunculan Chat GPT sama halnya dengan kemunculan CNC. Mesin pencarian yang dapat dikatakan merupakan teknologi konvensional tentunya tidak lagi efisien setelah munculnya teknologi yang memiliki kemampuan lebih canggih tersebut. Seperti kabar kritis lain yang beredar, saya pun berpendapat bahwa kemunculan Chat GPT akan memberikan dampak yang luar biasa khususnya dalam bidang teknologi informasi. Jika manusia telah memilih untuk menggunakan Chat GPT dan mesin pencarian mulai ditinggalkan maka website dan blog kemungkinan besar akan sepi pengunjung. Sebab pengguna tidak lagi perlu untuk mengunjungi website atau blog seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya. Kondisi tersebut kemudian akan memutus rantai perekonomian yang sebelumnya terjalin antara mesin pencarian dengan website atau blog.

Lantas bagaimana dengan nasib Indonesia dalam menghadapi era AI ini?

Perkembangan AI seperti halnya Chat GPT tentunya tak dapat ditolak oleh umat manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, sekali lagi menurut saya, dampak yang timbul di tiap negara akan berbeda-beda tergantung dengan kesiapan negara tersebut. Kisah saya mengenai CNC kemungkinan dapat menjadi gambaran sejauh mana kita mengikuti perubahan yang terjadi di dunia. Dalam kasus CNC tersebut, negara kita memiliki respon yang sangat lambat untuk hal yang mendasar, yakni pendidikan. Setelah beberapa dekade mesin CNC muncul, dunia pendidikan belum menyadari bahwa dunia telah berubah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian masyarakat tidak siap dengan keberadaan teknologi yang baru. Sebagai hasilnya, pengangguran pun kian menumpuk karena kompetensi yang dimiliki tidak lagi dibutuhkan di dunia kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline