Masih ingatkah anda Pilkada DKI 2007 ? dimana saat itu yang berkompetisi cuma 2 pasangan. Pasangan pertama Adang Daradjatun dan Dani Anwar yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan yang kedua pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto yang diusung (PPP, PD, PDIP, Partai Golkar, PDS, PBR, PBB, PPNUI, PPDK, PKPB, PPDI, PBSD, PPIB, Partai Merdeka, PKB, PAN, PPD, Partai Patriot Pancasila, PKPI, dan Partai Pelopor) hitung saja sendiri satu Partai PKS melawan sekian Partai...intinya dikeroyok rame-rame...dan yang pasti PDIP salah satunya....hemm... Dan Hasilnya Pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto 2.109.511 suara (57,87%) Adang Daradjatun dan Dani Anwar 1.535.555 suara (42,13%) Ada kemiripan apa yang menimpa PKS baik 2007 maupun 2012, apalagi kalau bukan PKS dijadikan bulan-bulanan media. Tapi bagi saya lebih mirip PKS dijadiin bonsai... menjadi trading berita tapi sebagian besarnya menydudutkan dan menghakimi....sekali lagi seperti bonsay dibiarkan tumbuh tapi takkan dibiarkan besar....Hoho..menarik PKS "The News Maker". Dalam politik sebenarnya biasa...dan disinilah kesolidan PKS sekali lagi di uji...
Memang Ada Pilihan Politik yang Bisa Memuaskan Semua Orang ?
Sebagai Jawaban atas pertanyaan ini saya sjikan menu dari Sahabat saya berikut ini :
Tidak Ada Pilihan Politik yang Bisa Memuaskan Semua Orang | Oleh Cahyadi Takariawan
Anda memimpin sebuah partai politik, dan kini menghadapi dilema untuk menentukan keputusan dukungan dalam Pemilihan Kepala Daerah yang akan segera berlangsung. Dua calon ini, sama-sama memiliki kelebihan, sama-sama memiliki kelemahan. Kedua kandidat dicela, namun juga dipuji. Pasangan Kelapa dan pasangan Ketela, dua pasang calon Kepala Daerah yang akan maju dalam Pilkada langsung di daerah anda. Pasti, pasangan Kelapa dan pasangan Ketela punya pendukung, punya pemuja, namun juga punya lawan dan pencela. Tidak ada satupun pemimpin di muka bumi ini yang bebas dari celaan. Kemanapun bandul pilihan anda arahkan, akan selalu ada celaan dan akan selalu ada pujian. Dengan berbagai pertimbangan, partai anda memutuskan untuk mendukung pasangan Kelapa, maka anda akan mendapatkan pujian dari dua kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Kelapa, segera mereka mengelu-elukan anda. Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung pasangan Kelapa, namun memiliki kedekatan visi, atau kedekatan emosi, atau kedekatan-kedekatan lain yang lebih praktis. Kelompok kedua ini ikut memuji anda. Namun pada saat yang sama anda akan dicela bahkan dicaci maki, minimal oleh dua kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Ketela yang menjadi lawan politik pasangan Kelapa. Mereka segera menghujat anda dengan berbagai cara. Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung pasangan Ketela, namun memiliki kedekatan visi atau kedekatan emosi, atau kedekatan-kedekatan corak lainnya dengan Ketela. Mereka ini segera mencela anda melalui media massa yang mereka punya dan media massa yang tidak sepaham dengan dukungan anda. Pertanyaannya, apakah jika keputusan partai anda mendukung pasangan Ketela, maka anda akan terbebas dari celaan dan caci maki? Tidak, sama sekali tidak. Kondisi anda sama saja, apakah akan mendukung pasangan Kelapa atau mendukung pasangan Ketela, anda harus siap mendapatkan hujatan dan celaan. Apapun pilihan anda, selalu ada pihak yang memuji, dan selalu ada pihak yang mencaci maki. Bahkan andai kata anda memilih untuk tidak mendukung kedua pasangan yang ada, maka sebagai partai politik anda akan menghadapi pujian dan celaan. Keputusan partai anda yang netral, akan dipuji oleh kelompok yang kecewa dengan sistem, kelompok yang kecewa dengan dua pasangan yang ada, serta kalangan lain yang tidak memiliki pilihan terhadap dua pasangan yang maju Pilkada. Namun anda akan dicela oleh banyak kalangan, yang menuduh partai anda tidak memiliki sikap yang jelas, atau bahkan menuduh partai anda bermain dua kaki.
Dalam dunia politik, tidak ada satupun keputusan yang bisa memuaskan dan menyenangkan semua orang. Keputusan politik, selalu memberikan ruangan untuk dipuji sekelompok masyarakat, dan dicela oleh kelompok masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, landasan untuk menentukan keputusan bukan pada pertanyaan “berapa banyak orang memuji dan berapa banyak orang mencela”, karena pujian dan celaan selalu bertebaran di sepanjang jalan politik. Bahkan kenyatannya, orang-orang salih yang dipuji-puji kebaikannya, sering kalah dalam Pemilihan Langsung. Pujian itu sering mematikan, dan celaan itu justru menguatkan.
Keputusan yang harus anda ambil adalah berdasarkan visi dan misi partai yang ingin anda realisasikan. Kemaslahatan bagi masyarakat luas harus menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan pilihan tersebut. Menghindari kemudharatan bagi masyarakat luas menjadi pertimbangan pada sisi sebelahnya. Semuanya saling melengkapi dalam memutuskan pilihan.
Tentu anda harus memiliki studi yang mencukupi, dengan survei dan serangkaian uji publik, untuk menjadi pertimbangan penting dalam mengambil keputusan. Lebih penting lagi, keputusan tersebut didasarkan atas mekanisme musyawarah yang sesuai dengan tata organisasi dalam partai anda. Bukan keputusan pribadi pemimpin partai. Bukan keputusan segelintir orang yang melangkahi mekanisme dan aturan partai. Jika studi dan analisa mendalam sudah anda lakukan, musyawarah sudah anda tempuh, keputusan sudah anda ambil, maka tawakal saja kepada Allah. Siapkan telinga, pikiran dan hati anda untuk tidak bangga karena keputusan anda dipuji media, dan tidak kecewa karena keputusan anda dicela media. Fa idza ‘azamta, fatawakkal ‘alallah!
Putuskan saja, karena anda memang harus memutuskan, dan nikmati saja resikonya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H