Lihat ke Halaman Asli

Mas Teddy

Be Who You Are

Inilah Penyebab Utama Jatuhnya Nilai Rupiah

Diperbarui: 28 Desember 2018   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang Baru RI tahun 2016 (gambar dari ekonomi.kompas.com)

Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap Dollar AS, menjadi perhatian banyak pihak. Kursnya yang sempat menyentuh kisaran Rp. 14.000 - 15.000,- per US $ 1,0 membuat khawatir banyak pihak. Dari para birokrat sampai rakyat, dari pelaku bisnis sampai jurnalis, dari para politisi sampai musisi, dari pengusaha muda sampai mahasiswa.

Pihak pemerintah mengklaim bahwa penyebab turunnya nilai tukar Rupiah disebabkan oleh faktor eksternal yang sulit dibendung. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa bukan Rupiah saja yang turun kursnya. Mata uang negara lain juga mengalami hal yang sama. Namun dekimian pemerintah tetap berusaha semaksimal mungkin untuk membendung merosotnya nilai tukar Rupiah.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak oposisi untuk menggoyang pemerintah. Pihak oposisi dengan lantang menyuarakan bahwa pemerintah tidak becus mengelola keuangan negara. Rakyat pun dihantui dengan bayangan-bayangan yang menyeramkan tentang masa depan negara ini jika 'terjunnya' kurs Rupiah tetap tak terbendung. Harga-harga barang akan semakin mahal, hutang negara membengkak dan hal-hal lain yang menyeramkan.

Sebenarnya, apa yang menyebabkan nilai tukar Rupiah begitu rendah bahkan seperti tidak ada harganya terhadap mata uang asing, terutama terhadap Dollar AS dan Poundsterling Inggris. Betulkah faktor eksternal, seperti apa yang disampaikan pemerintah? Atau ada faktor lain?

Ternyata, inilah beberapa penyebab mata uang kita begitu rendah nilainya.

Uang kita sering dicoret-coret/ditulisi

Sering sekali saya mendapati uang kertas kita penuh dengan coretan/tulisan. Yang paling sering adalah tulisan; no. HP, no. togel, puisi, quato lucu-lucu sampai curhat masalah pribadi. Entah apa yang ada di benak orang yang bikin coretan tersebut.

(gambar dari brilio.net)

Uang kita sering dilipat dan di'kuwel-kuwel'

Aksi ini paling sering dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional. Mereka tidak (jarang) menyimpan uang hasil jualannya ke dalam dompet yang pipih, tapi ke dalam tas yang biasanya cukup lebar, seperti tas pinggang. Atau ke dalam laci meja dagangannya. Akibat dari kebiasaan ini, uang kertas kita jadi kelihatan kumel dan lusuh.

(gambar dari idevice.co.id)

Uang kita (kadang) distaples

Meski sudah (makin) jarang ditemui, tetapi kadang masih juga mendapati uang yang distaples dalam jumlah tertentu. Biasanya 10 lembar uang pecahan Rp. 1.000,- Rp. 2.000,- Rp. 5.000,- atau Rp. 10.000,- Hal ini untuk memudahkan dalam menjumlah uang dalam jumlah besar. Biasanya dilakukan oleh bendahara atau kasir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline