Industri musik, baik dalam maupun luar negeri, pernah diramaikan dengan fenomena yang bernama boy band dan girl band. Ketika mereka sedang berada di puncak popularitas, histeria penggemarnya begitu luar biasa. Mengalahkan histeria kampanye pilleg dan pilkada. Tapi begitu popularitasnya sudah turun, mereka lenyap bagaikan ditelan bumi. Hanya penyisakan beberapa personilnya yang berusaha bertahan dengan bersolo karir.
Mengapa popularitas mereka, boy band dan girl band, tidak bertahan lama? Paling akan bertahan hanya beberapa tahun saja.
Ini beberapa penyebabnya.
- Alasan pembentukannya
Kebanyakan boy band atau girl band terbentuk bukan karena alasan idealisme para personilnya. Melainkan karena mengikuti tren industri musik, dibentuk oleh produser rekaman, karena gabungan para peserta ajang pencarian bakat atau karena adanya sponsor.
Begitu ada satu boy band atau girl band menghasilkan hit dan terkenal, seakan dikomando, langsung bermunculan boy band dan girl band. Sekelompok cowok dan cewek yang merasa bisa menyanyi, langsung membentuk boy band dan girl band. Sang produser rekaman yang hidungnya kembang kempis mencium peluang, langsung mengadakan audisi untuk menjaring calon personil boy band dan girl band.
Alasan-alasan demikian tentu saja rentan membuat sebuah boy band atau girl band bubar di tengah jalan, bahkan terkadang sebelum sempat mencapai puncak popularitasnya. Begitu tren industri musik berganti, bubar. Begitu sang produser melihat sudah tidak ada prospek lagi, bubar. Begitu sang sponsor merasa tidak bisa balik modal, bubar.
Ambil contoh, girl band Sunny yang menjadi juara satu kontes Boy Band dan Girl Band Indonesia. Setelah menjadi juara, ke mana mereka? Haruskah saya bertanya ke rumput yang bergoyang? Cherrybelle yang sempat mengadakan audisi untuk menggantikan personil yang keluar, begitu personil anyar masuk sampai saat ini juga tidak kedengaran lagi kiprahnya. Begitu juga One Direction, yang personil alumni dari peserta ajang pencarian bakat di Inggris. Saat ini salah satu personilnya, Zayn Malik, sudah keluar dan bersolo karir. Entah berapa lama lagi One Direction akan bertahan.
Tidak ada idealisme, cita-cita, kesamaan ide atau kesamaan konsep yang menjadi pengikat kebersamaan mereka. Tidak ada sesuatu yang bisa membuat mereka bertahan.
- Kemampuan menyanyi
Di setiap boy band atau girl band pasti ada yang –sebenarnya- tidak bisa menyanyi atau tidak punya teknik atau kemampuan menyanyi. Vokalnya pun tidak bagus-bagus amat alias pas-pasan. Tetapi kekurangan mereka tertutupi oleh kemampuan menyanyi dan vokal personil lainnya. Akibatnya personil yang merasa bisa menyanyi dan vokalnya cukup bagus memilih keluar kemudian bersolo karir. Namun setelah keluar pun ternyata karirnya tidak bagus-bagus amat.
Ambil contoh, Gary Barlow. Setelah keluar dari Take That, Gary Barlow sempat menghasilkan hits “Forever Love”. Tapi setelah itu, tenggelam. Mantan anggota Take That yang lain, Robbie Williams, bernasib sedikit lebih baik. Meski sekarang juga sudah tidak terdengar lagi kiprahnya, paling tidak dia menghasilkan lagu hit lebih banyak dari Gary Barlow. Seperti “Better Man”, “Angel”, “She’s The One” dan duetnya dengan aktris Nicole Kidman, “Something Stupid”. Ronan Keating, idem ditto. Setelah tidak bersama Boyzone lagi, Ronan Keating sempat menghasilkan hits “When You Say Nothing At All” dan “Life’s Like A Rollercoaster”.
Namun setelah itu, tidak pernah muncul lagi. Demikian juga dengan Joey McIntyre. Alumni New Kids on The Block ini mencoba survive dengan single “Stay The Same”, namun single tersebut tidak bisa mendongkrak kembali popularitasnya. Nasib serupa dialami Smash, boy band paling populer di Indonesia. Setelah ditinggal Morgan Oey, yang memilih jalur akting, Smash tidak terdengar lagi aktivitasnya. Personil lainnya lebih memilih jadi MC di beberapa acara TV dan bintang iklan.