Lihat ke Halaman Asli

Mas Teddy

Be Who You Are

Joey Alexander, Mendadak Jazz

Diperbarui: 17 Februari 2016   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa hari belakangan ini kita dihebohkan oleh seorang bocah bernama Joey Alexander Seli. Dengan kemampuan bermain pianonya, Joey berhasil masuk nominasi penghargaan Grammy Award untuk dua kategori sekaligus. Joey bahkan tercatat sebagai nominator termuda dalam sejarah Grammy Award.

Setidaknya ada lima hal yang membuat Joey menjadi pusat perhatian dan pemberitaan. Baru berusia 12 tahun, bermain piano jazz, sudah menghasilkan album, masuk nominasi Grammy Award, dari Indonesia (non Amerika). Bocah 12 tahun main piano mungkin sudah biasa. Tapi bermain piano jazz, … wow ! Sudah menghasilkan album, … dua kali wow ! Masuk nominasi Grammy Award, … tiga kali wow ! Dari Indonesia, ….. empat kali wow ! Di saat anak seusianya masih asyik bermain gundu atau minecraft, Joey sudah menghasilkan album dan masuk nominasi Grammy Award. Luar biasa ! Meski akhirnya Joey tidak berhasil memenangkan Grammy, tapi dia sudah berhasil memenangkan hati jutaan penggemar musik jazz di seluruh dunia.

Semenjak sering tampil di depan publik dan TV-TV Amerika, banyak kalangan menilai Joey sebagai harapan baru dalam musik jazz, yang keberadaannya makin tergusur oleh musik hip-hop. Dengan banjirnya pujian dari publik luar dan dalam negeri, saya hanya bisa berharap hal itu tidak menjadikan beban buat Joey dan berhasil mewujudkan harapan publik di masa yang akan datang. Semoga Joey bisa menjadi ‘next Chick Corea’ atau ‘next Ahmad Jamal’, bukan sekedar ‘next Indra Lesmana’.

Namun demikian, ada kekhawatiran saya di balik fenomena Joey Alexander ini.

Satu. Akan muncul komentar-komentar norak dan out of topic (OOT) dari orang Indonesia di media sosial, seperti You Tube.

Kedua. Saya jadi ingat fenomena Sherina di awal tahun 2000 dulu. Saat itu Sherina sukses jadi penyanyi anak-anak dan berhasil menyanyi duet dengan boyband Westlife. Setelah itu banyak sekali orangtua yang memasukkan anaknya kursus atau les vokal dan nyanyi dengan harapan bisa menjadi penyanyi terkenal dan bisa duet dengan penyanyi luar negeri.

Kekhawatiran yang sama dengan fenomena Joey ini adalah akan banyak orang tua yang akan memasukkan anaknya kursus atau les piano, khususnya les piano jazz. Tentu dengan harapan supaya bisa seperti Joey. Jika menang demikian harapannya, saya jamin akan gagal. Satu, karena jumlah guru piano jazz sangat terbatas (berkah bagi guru les piano jazz). Dua, seperti kata Joey sendiri bahwa dia tidak bermain dengan teknik tertentu, tapi dia main dengan perasaan. Nah, ‘perasaan’ ini yang tidak bisa didapat di kursus atau les piano mana pun. Kemampuan seperti Joey itu merupakan bakat. Berkah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, yang tidak bisa diperoleh dari kursus atau les di mana pun. Apalagi hasil dari kontes seperti ‘idol-idolan’ atau ‘got talent-got talent-an’.

Jangan berharap bisa seperti atau menyamai Joey. Tapi jadikanlah Joey sebagai inspirasi, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa dengan sumber daya yang luar biasa. Bangsa yang hebat. Tunjukkan pada dunia kemampuan terbaik yang Anda miliki, apapun kemampuan dan keahlian Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline