Begitu ada kepastian orang tua Bagus akan datang melamar anaknya, Ayu, Pak Wandi segera menghubungi keluarga besarnya, meminta mereka untuk ikut menyambut kedatangan orang tua dan keluarga Bagus. Persiapan untuk acara istimewa ini segera dimulai. Bersih-bersih dan cat rumah, sapu halaman tiap hari. Ranting pohon dan bunga yang tidak rapi, dipangkas. Pokoknya rumah jadi bersih, rapi dan kinclong.
Pak Arjo, sebagai orang yang dituakan yang juga pakdhe-nya, diminta untuk menghitung kapan tanggal baik resepsi pernikahan Ayu dan Bagus. Berdasarkan tanggal lahir kedua calon mempelai dan buku primbon Betaljemur Andhamakna, akhirnya Pak Arjo menemukan tanggal dan hari terbaik untuk acara resepsi pernikahan cucunya.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Keluarga besar Bagus datang untuk melamar Ayu. Bagus didampingi kedua orang tuanya, Pak & Bu Indra, dua pasang paman dan tantenya serta salah satu dari dua adiknya. Suasana rumah Pak Wandi langsung berubah meriah.
Singkat cerita, lamaran keluarga Bagus pun diterima. Berikutnya adalah penentuan tanggal acara pernikahan.
“Begini, Pak Indra. Sebelumnya saya atas nama keluarga Ayu mohon maaf, karena untuk tanggal pernikahan saya sudah minta bantuan pakdhe saya untuk menghitung dan menentukannya. Jika Pak Indra merasa keberatan, kita bisa rundingkan lagi. Gimana, Pak Indra ?”
“Oh … nggak masalah, Pak Wandi. Toh, semua untuk kebaikan kita bersama.”
“Wahh … terima kasih Pak Indra. Memang menurut ajaran agama kita semua hari baik apalagi untuk menunaikan sunnah rasul. Tapi gak ada salahnya khan, kita ikuti tradisi budaya kita ?”
“Betul, Pak Wandi. Jadi menurut perhitungan pakdhe, kapan tanggal terbaik untuk acara pernikahan anak kita ?”
“Jadi berdasar tanggal weton dan neptu-nya anak-anak kita, tanggal yang paling baik itu menurut perhitungan pakdhe adalah hari Minggu, tanggal 8 Mei tahun ini. Gimana, Pak Indra ?”
“Hmmm …. Tanggal 8 Mei, ya? Berarti masih empat bulan lagi. Saya rasa cukup waktu empat bulan untuk persiapan.”
“Gimana, menurut kamu, cah Ayu ?”