Di akhir semester kesibukan guru adalah memberikan penilaian terhadap peserta didiknya selama satu semester. Penilaian secara garis besar meliputi penilaian afektif, psikomotorik, dan kognitif.
Dua penilaian psikomotorik dan kognitif biasanya diambil dari penilaian tugas (baik individu maupun kelompok), praktik, tes lisan, maupun tes tulis formatif dan sumatif. Kedua penilaian ini bisa diambil dengan rata-rata atau rumus yang dibuat oleh masing-masing guru. Kedua penilaian ini diwujudkan dalam bentuk angka mulai 0 sampai 100.
Berkaitan KKM
Penilaian yang diberikan kepada peserta didik melalui proses yang panjang. Para guru harus terlebih dahulu menentukan KKM (kriteria ketuntasan minimal). KKM sendiri ditentukan oleh beberapa aspek. Taruhlah guru menentukan KKM pelajarannya 75, berarti peserta didik yang belum mencapai nilai 75 harus menempuh remedial. Berbeda dengan KKM 65, peserta didik yang memiliki nilai 75 sudah dinyatakan lulus, tetapi dengan predikat C.
Problematika Nilai dan Skor
Dalam menentukan nilai sebenarnya ada patokan yang perlu disepakati atau digunakan. Sebelum menentukan nilai harus terlebih dahulu dipahami skor ketuntasan belajar. Misalnya skor 0 sampai 100, dengan keruntasan 0-40% remedial seluruh materi, 41-65% remedial dibagian yang belum tuntas, 66-85% tuntas, 86-100% tuntas dengan pengayaan. Apabila dikonversikan dengan nilai dengan skala 0-100, peserta didik yang memiliki skor 66 sudah tuntas.
Di lain pihak KKM yang ditentukan oleh guru didasarkan atas rata-rata dari semua aspek penentu KKM. Misalnya dari rata-rata aspek penentu 70, guru akan menentukan KKM dengan nilai 70. Dengan demikian guru harus mengkonversikan skor dari tiap pengambilan nilai.
Nilai Rapor
Nilai rapor kadang menjadi perdebatan yang berlarut-larut. Hal ini desebabkan oleh pemahaman pemberian nilai yang tak sepaham antara guru satu dengan yang lain. Padahal jikalau semua menggunakan system yang disepakati akan muncul nilai yang tak perlu menjadi perdebatan. Ada kemungkinan perbedaan nilai dikarenakan kemampuan peserta didik yang memang berbeda kemampuan kognitif di bidang yang diminatinya masing-masing.
Nilai Rapor bagi Awam
Apa yang dipikirkan oleh orang awam tentang nilai rapor yang tinggi-tinggi. Seperti angka rupiah yang besar tapi tak bernilai tinggi. Generasi boombers selalu membandingkan angka nilai dalam rapor anak sekarang dengan angka nilai rapor pada zamannya. Terlalu jomplang. Mereka juga membandingkan ilmu yang diperolehnya ketika zaman sekolah dengan pengetahuan anak zaman sekarang.