"Diplomasi" dapat dimaknai sebagai upaya penguatan jalinan persahabatan dan kerja sama antarnegara guna mencapai kepentingan nasional sekaligus mencegah terjadinya konflik.
Langkah-langkah yang ditempuh guna memengaruhi keberhasilan diplomasi pun beragam, seperti memasukkan unsur kuliner, budaya, hingga panda.
Eh, panda? Betul. Strategi diplomasi dengan perantara hewan berbulu nan menggemaskan ini telah lama diadopsi oleh Cina untuk mempererat kerja sama dengan negara-negara lain.
Tidak melulu seputar diplomasi dan politik. Jika ditilik secara mendalam, diplomasi panda ini juga bersinggungan dengan aspek ekonomi hingga konservasi, lho. Yuk, simak bersama penjelasan lengkapnya!
Perjalanan Sejarah Diplomasi Panda
Dilansir dari laman History.com, inisiasi Cina untuk memanfaatkan panda sebagai media diplomasi diyakini telah muncul pada masa Dinasti Tang atau sekitar abad ke-7 Masehi.
Kala itu, Permaisuri Wu Zeitan mengirimkan sepasang beruang raksasa -- yang dipercayai merupakan panda -- sebagai hadiah untuk Jepang.
Baru kemudian pada tahun 1941, yakni menjelang keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, Cina -- melalui Presiden Chiang Kai-shek -- kembali menyemarakkan diplomasi panda dengan mengirimkan dua ekor hewan endemik tersebut ke kebun binatang Bronx, New York.
Selain Presiden Chiang Kai-shek, tercatat bahwa pada tahun 1950, mantan ketua Partai Komunis Cina, Mao Zedong, turut melanjutkan diplomasi panda ini ke beberapa negara persekutuan komunis, seperti Uni Soviet dan Korea Utara.
Cina kemudian kembali menghadiahkan Amerika Serikat sepasang panda berusia 18 bulan bernama Hsing-Hsing dan Ling-Ling pada tahun 1972 setelah mendapat kunjungan dari Presiden Amerika Serikat ke-37, Richard Nixon.