Menggelar dagangan tanpa papan nama, akan tetapi jualannya laris manis. Begitulah yang terjadi pada pelaku UMKM 'Mang Jaja'. Dalam hitungan jam soto mienya ludes terjual.
Mangkal di depan sebuah ruko sejak tahun 2018. Sehari-hari gerobak jualannya buka jam 8 pagi. Sudah bisa dipastikan lewat tenga hari, gerobak soto mienya sudah habis tak tersisa.
Di tempatnya jualan hanya ada satu meja dengan empat kursi. Menumpang di emperan sebuah ruko yang empunya berbaik hati. Kebanyakan pelanggannya 'take away'. Hanya satu dua konsumen yang makan di tempat.
Ikat Pelanggan dengan Rasa
Secara ilmu pemasaran apa yang Mang Jaja lakukan boleh jadi 'menyalahi' pakem. Bayangkan di jaman modern begini jualan tanpa merk dagang. Tempatnya pun tidak representatif. Mengapa bisa laris manis kentang kimpul?
Laki-laki yang usianya menjelang senja itu berfalsafah: semua berpulang kepada rasa. Rasa enak soto mienya itulah yang mengikat pelanggannya untuk terus datang dan datang lagi. Ketika konsumen sudah terikat dengan nikmatnya menyantap soto mie buatannya. Mereka tidak akan pernah berpaling ke soto mie-soto mie Bogor lainnya.
Untuk menyuguhkan soto mie yang membuat ketagihan pelanggannya. Mang Jaja selalu menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan segar. Untuk itu dia selalu belanja sendiri, guna memastikan bahan-bahan yang dibelinya terjamin mutunya.
Istrinya hanya terlibat dalam menyiapkan bahan-bahan yang akan diolah, seperti mengupas atau memotong-motong sayur. Merebus beberapa bahan pun diserahkan kepada sang istri.
Cekatan dalam Melayani Pelangan