Sebuah video film pendek. Berdurasi 2.13 menit. Kiriman dari seorang teman. Masuk ke WA saya tadi pagi.
Film pendek itu menceritakan situasi lift yang kelebihan beban. Lebih satu orang sehingga lift tidak bisa bergerak naik.
Sebetulnya lift sudah akan tertutup. Akan tetapi ada seorang remaja memaksa masuk. Akibatnya lift overloud.
Tanpa rasa bersalah. Remaja tadi justru asyik dengan gadgetnya. Orang-orang yang ada di dalam lift pun hanya saling berpandangan. Tidak ada yang mau mengalah.
Sampai akhirnya seorang gadis yang berkebutuhan khusus dengan sukarela keluar dari lift. Pelan-pelan lift tertutup dan mulai bergerak. Semua hanya bisa ternganga. Malu!
Sesaat setelah memutarnya. Sampai saya menuliskannya di Kompasiana ini. Hati saya gelisah. Sebuah film yang dahsyat.
Fenomena itu mendorong saya menulis artikel singkat ini. Perlunya menghidupkan kembali pelajaran budi pekerti. Ya perlunya. Bukan perlukah?
Generasi 'kolonial' pasti mengalami mendapatkan pelajaran budi pekerti. Mengajarkan seluk beluk 'unggah-ungguh', tata krama atau etika.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
Sesungguhnya setiap orang tua pasti sudah mengajarkan budi pekerti ini kepada anak-anaknya. Hanya saja penerapannya yang perlu penekanan.