Lihat ke Halaman Asli

Gerimis Mengiringi Kepergian Citah

Diperbarui: 14 Juli 2021   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sastrasipilindonesia.wordpress)

Aku berteman dengan Kang Suto sejak kecil. Jadi tahu watak dan kebiasaannya. Luar dalam.

Seumur-umur baru kali ini. Aku melihatnya meneteskan air mata. Menangis.

Perjalanan hidupnya terbilang keras. Sejak meninggal bapaknya. Kang Suto tumbuh menjadi laki-laki yang kuat.

Sekeras apapun rintangan hidup. Dia menjalani dengan tegar. Tidak pernah mengeluh. Apalagi sampai menangis.

Terlebih-lebih di depan ibunya. Pantang dia mengeluh. Atau sekedar menunjukkan raut muka sedih.

Kang Suto sangat memuliakan ibunya. Orang tua satu-satunya itu dianggap sebagai 2. Harus dipundi-pundi. Selalu dijunjung tinggi.

Ketika harus meninggalkan ibunya. Merantau ke kota besar. Mencari penghidupan yang lebih baik.

Tujuannya semata-mata memberikan kehidupan yang lebih baik untuk ibunya. Bukan untuk kesenangan dirinya.

Jika berkesempatan pulang kampung. Kang Suto akan memanjakan pepundennya itu. 

Membelikan makanan yang diinginkan ibunya. Menuruti pepinginan ibunya. Apa saja. Dia berusaha menyenangkan hatinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline