Aku jadi merasa kasihan. Seperti para tetangga lainnya. Kami sudah mencapnya sebagai perempuan bengal.
Perempuan itu baru seminggu ini tinggal di kampung kami. Mengontrak rumahnya bang Mamat.
Setiap selepas Isya'. Dia keluar rumah. Meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil.
Sebenernya dandanannya tidak menyolok. Biasa saja. Pakaiannya masih sopan. Riasan wajahnya juga sekedarnya saja. Tanpa gincu.
Cap sebagai perempuan bengal. Gegara istri salah seorang tetangga. Entah kenapa dia menghembuskan isu panas itu.
"Apa namanya kalau bukan perempuan bengal. Setiap malam keluar rumab?"
Ibu-ibu yang lain pun mengamini. Tanpa mengecek kebenarannya. Mereka mengikuti arus yang berhembus saja.
Sebenarnya. Ada juga beberapa ibu yang tidak sependapat.
"Masasi. Penampilannya kan biasa saja." tanyanya.
"Orangnya juga ramah." yang lain menimpali.