Memasuki pintu gerbang sekolah kami akan disambut oleh puluhan payung berwarna-warni. Payung-payung tersebut digantung sepanjang koridor masuk halaman sekolah.
Sekolah kami bukan sedang menyongsong datangnya musim hujan dengan menyediakan banyak payung. Bukan sembarang payung. Payung warna-warni itu telah diberi lukisan oleh para siswa.
Payung-payung beraneka lukisan ini merupakan hasil pekerjaan siswa. Mereka melakukannya dalam rangka praktek mata pelajaran seni budaya.
Awalnya kami bingung mau diapakan payung-payung tersebut. Maka timbullah ide untuk memajang payung hasil karya seni siswa dengan cara digantung. Keindahan payung-payung tersebut terlihat lebih indah apabila dilihat dari sisi atas (dari lantai dua atau lantai tiga gedung sekolah).
Selain payung-payung dengan aneka lukisan sekolah kami juga banyak dipajang hasil karya siswa. Pot tanaman dengan lukisan bertemakan flora dan fauna hasil praktek mapel Prakarya dan Kewirausahaan. Sepanjang selasar dari lantai satu sampai lantai tiga dipajang berbagai lukisan di atas kanvas dengan tema ragam budaya Nusantara.
Jadi boleh dikatakan seluruh area sekolah kami adalah kawasan instagramable. Tidak usah jauh-jauh mencari tempat yang seru buat foto-foto selfi.
Instagram untuk Eksistensi Diri
Instagram memang sudah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sekarang ini. Konon katanya pengguna platform Instagram di Indonesia telah mencapai angka 69 juta lebih pengguna.
Menariknya dua 2/3 dari pengguna Instagram tersebut adalah kaum wanita. Kita tahu bahwa wanita sudah dari sononya suka narsis untuk menunjukkan eksistensinya.