Akhir tahun begini bawaannya pengin mengaca diri. Refleksi tutup tahun.
Oh ya, bingung dengan arti judul tulisan ini ya? Itu sebuah filosofi Jawa. Kebo artinya kerbau, sedangkan gudhel adalah anak kerbau. Jadi kalau diterjemahkan bebas artinya orang tua belajar kepada anaknya.
Tidak bisa dipungkiri bahwasana saat ini anak-anak secara intelegensia lebih tinggi dari orang tua. Bahasa kasarnya anak lebih pintar daripada orang tuanya. Harus digarisbawahi lebih pintar dalam hal ilmu pengetahuan. Bukan kaya dalam pengalaman.
Falsafah dari para sesepuh yang sudah ratusan tahun itu rasa-rasanya sekarang ini menunjukkan relevansinya. Gegaranya siapa lagi kalau bukan si pandemi covid-19.
Akibat pandemi semua harus dilakukan dari rumah. Bekerja, belajar dan beribadah. Aturan protokol kesehatan salah satunya harus kaga jarak. Konsekuensinya semua kegiatan harus dilakukan dengan memanfaatkan piranti teknologi informasi.
Komunikasi antar keluarga, belajar atau pertemuan bisnis harus hanya bisa dilakukan secara jarak jauh. Melalui sambungan online. Maka tidak aneh kalau para orang tua yang gagap teknologi harus minta diajari anak-anaknya.
Belajar dari Anak
Saya masih ingat betul awal-awal pelaksanaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) harus pontang-panting antara menyiapkan bahan ajar dengan utak-atik aplikasi Google Classroom, G Form, G Document dan Zoom Meeting.
Bagaimana membuat classroom, mengundang siswa, memposting materi dan memberikan penugasan. Begitu siswa selesai mengerjakan tugas gurunya bingung bagaimana membuka dan memberi nilai.