Sudah bukan rahasia umum lagi kalo kita nagih utang sepertinya kita yang harus ngemis-ngemis. Jadi kalo mau nagih utang kita harus siap-siap dengan jurus yang digunakan para pengemis.
Pada saat teman atau orang lain datang mau pinjam uang pasti menunjukkan wajah yang memelas dan senyum yang manis. Plus segala puja-puji dilontarkan. Tujuannya jelas mengaduk-aduk emosi kita sehingga timbul rasa iba dan kasihan kita kepadanya.
Nah setelah uang pinjaman di dapat ibarat kata terputuslah ikatan persahabatan bahkan silaturohmi. Mula-mula beberapa saat masih nongol lama kelamaan makin susah dihubungi.
Kalo sudah jatuh tempo seperti pada kesepakatan awal makin susah dihubungi. Jangankan batang hidungnya WAnya pun ikut-ikutan menghilang.
Kalo dicari susahnya minta ampun. Kalaupun ketemu jawabnya belum ada begitu dengan entengnya. Besoknya kita datang lagi, tar sok tar sok pasti jawabnya.
Jadinya kita yang kasih utang kesannya justru kita yang mengemis-ngemis. Bahkan bisa jadi harus adu akting yang lebih memelas dari waktu dia datang minta tolong.
Pernah terjadi begitu kita nagih justru yang punya utang lebih galak dari para penagih utang. Mereka selalu berdalih nanti kalo sudah ada juga dibayar. Kapan???
Jadi memang mungkin perlu berpikir beribu kali kalo kita mau menolong teman dengan meminjamkan uang.
Pasalnya yang punya utang bisa cepat melupakan janjinya sementara kita yang kasih piutang justru nyeseknya takkan habis sepanjang masa.
Yang sering diluoakan dalam utang piutang antar teman biasanya hanya bermodalkan saling percaya. Tidak ada catatan hitam di atas putih dengan alasan tidak enak.
Akibatnya kalau kemudian timbul wan prestasi ujung-ujungnya timbul perselisihan, bahkan bisa sampai menjadi permusuhan.