Lihat ke Halaman Asli

Jangan Pinjamkan Koleksimu

Diperbarui: 19 Juni 2020   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DokPri

Setelah membaca tulisan bang A. Pangerans (Menulis Tiap Hari, Kau Kira Gampang) saya jadi terinspirasi untuk menulis tentang buku-buku koleksi perpustakaan mini saya di rumah.

Sejujurnya untuk emncari ide saya tidak perlu semedi, duduk bengong ngelamun atau tiduran memandangi langit-langit.  Ide tulisan biasanya muncul setelah membaca atau mendengar-melihat sesuatu.  Makanya bener banget kalo ada penulis yang kasih tips supaya kemana-mana kita bawa buku catatan kecil dan pena.

Dalam tulisannya bang Pangerans bilang untuk mendapatkan ide seorang penulis harus banyak membaca.  Setuju !  Dengan membaca wawasan kita akan tambah dan yang pasti dari bacaan tersebut kadang ada kata atau kalimat yang dapat memicu munculnya ide untuk menulis.

Tentang buku bacaan ini saya mempunyai pengalaman yang bikin nyesek, semoga tidak terjadi pada anda.  Ceritanya pernah ada teman datang ke rumah, begitu melihat saya punya perpusataan kecil langsung aja dia ambil beberapa buku.  Saya pinjam ya, begitu katanya.  Saya angkat bahu !

Kalo orang yang pada dasarnya tidak suka membaca pastilah berbeda cara memperlakukan buku.  Membacanya pun perlu waktu yang lebih lama dari orang yang memang  hobi membaca.  Maka bisa ditebak gimana nasib buku-buku koleksi saya yang dipinjam tersebut kan?

Kejelekan orang Indonesia, khususnya orang Jawa,  yang katanya memegang teguh adat ketimuran selalu dihinggapi penyakit "ewuh pakewuh", sungkan.  Apalagi yang meminjam kedudukan sosialnya lebih tinggi.  Sama halnya kalo kita meminjamkan uang, gak tega untuk menagihnya.  Bahkan kadang yang punya utang lebih galak, yang kasih pinjaman malah kayak peminta-minta.

Demikianlah nasib buku yang saya pinjamkan tersebut.  Sampai saat ini tidak kunjung dikembalikan, padahal sudah puluhan tahun.  Sebagai yang empunya buku, saya selalu ingat akan buku tersebut.  Dan yang sesungguhnya pula buku itu sangat berharga banget untuk saya.  Buku itu merupakan kumpulan kolom "Hikmah" di harian Republika.  Kenapa sangat berharga bagi saya karena ada satu tulisan kolom yang sangat menyentuh hati saya setiap saya membacanya.  Bahkan saya selalu menitikkan air mata setiap membacanya.  Mirip film-film Warkop DKI, sekalipun kita sudah berulang kali melihatnya tetap saja kita tertawa-tawa setiap kali menonton ulang.

Sejak dari SD saya sudah suka membaca, baca apa saja.  Karena sekolahnya di kampung tentu sangat terbatas bahan bacaannya.  Nah pas sekolah SMA sepulang sekolah pada akhir pekan saya selalu meminjam dua buku di perpustakaan milik pemerintah kabupaten.  Sampai kuliah saya lebih sering nongkrong di perpustakaan kampus.

Setelah mengajar dan mendapatkan gaji, setiap bulan saya selalu menyisihkan untuk beli buku.  Sampai akhirnya saya mempunyai perpustkaan mini di rumah.  Selain suka membaca saya juga hobi koleksi prangko, filatelis.  Barangkali ada seribuan koleksi prangko saya.  Semua koleksi, baik buku dan prangko, selalu saya rawat dengan baik.  Makanya begitu buku koleksi saya yang dipinjam teman tidak kembali, nyesek bener rasanya.

Pengalaman ini sengaja saya tulis untuk pelajaran bagi kita semua.  Kalo bisa jangan pinjamkan koleksimu.  Seandainya terpaksa harus meminjamkan harus dapat memastikan barang tersebut akan dikembalikan.  Kita harus yakin si peminjam akan memperlakukan koleksi yang kita pinjamkan akan dijaga seperti kita merawatnya !

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline