Indonesia merupakan negara yang memiliki sejuta kebudayaan, mulai dari Sabang hingga Merauke. Salah satu kebudayaan yang perlu dilestarikan yaitu tari tradisional. tarian ini merupakan suatu seni yang mengkombinasikan antara gerakan-gerakan dan diiringi irama musik yang menambah nilai estetika. Setiap daerah tentu memiliki tarian khas sendiri-sendiri. Tidak terkecuali tari tradisional dari berbagai kota kecil yang masih jarang diketahui oleh masyarakat, seperti halnya tari Babalu dari Kabupaten Batang.
Tari babalu adalah salah satu tarian khas Batang yang telah ada sebelum para penjajah masuk ke wilayah tersebut. Waktu itu kondisi di Kabupaten Batang sangatlah makmur karena sebagian masyarakat bermata pencahariannya sebagai petani. Namun setelah para penjajah memasuki dan menguasai kabupaten Batang, keadaan menjadi berubah total. Kondisi penduduknya sangat mengkhawatirkan karena banyak yang disiksa dan dijadikan budak. Mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan tanpa dibayar dan disuruh membayar pajak dengan memberikan sembilan bahan pokok kepada penjajah.
Setelah pusat pemerintahan kabupaten Batang dikuasai oleh penjajah, perkembangan seni tari babalu semakin hari semakin melemah. Pasalnya dari kalangan anak muda tidak dapat Bersatu, baik dari daerah timur, barat, selatan atau bahkan dari daerah utara. Keempat arah mata angin tersebut sudah dikuasai oleh bangsa penjajah. Akan tetapi, para pejuang tidak diam begitu saja, mereka berusaha membuat siasat untuk menghancurkan dan mengalahkan penjajah dengan mudah tanpa harus adanya pertumpahan darah. Dari siasat tersebut munculah kesenian tari babalu yang digunakan untuk mengelabui penjajah dengan cara menari. Tari babalu ditarikan oleh para gadis yang dirias layaknya prajurit untuk menghibur para penjajah agar lengah dengan disuguhi minuman. Para penari memberikan simbol yang telah disepakati dari awal agar para pejuang dengan sangat mudah untuk menyerangnya. Hasil kerja keras para pejuang, akhirnya dapat menjatuhkan penjajah. Pada 8 april 1966 para penduduk menyambut kemerdekaan dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari jadi Kota Batang.
Kata babalu mempunyai makna asli yakni “aba-aba dulu”. Di dalam kesenian tari babalu memiliki beberapa aspek pertunjukan, diantaranya aspek gerakan, aspek musik dan aspek busana. Setiap aspek tentu ada makna dan simbol-simbol yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Yang pertama aspek gerakan. Aspek ini terdiri dari 4 gerakan yaitu gerak jalan di tempat yang menyimbolkan bahwa setiap manusia diharuskan saling menghormati sesama yang lain baik itu dengan yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Gerakan langkah tepuk yang menyimbolkan setiap manusia harus selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta. Selanjutnya gerakan silat yang menyimbolkan “kita siap untuk menyerang” dengan gerakan kaki dihentak-hentakkan ke tanah dan posisi tangan seperti akan melakukan silat. Dan yang terakhir gerak tepuk gejuk yang memiliki makna “ayo serang” dengan posisi tangan ditarik ke atas seperti menyembah dan jari-jari tangan dirapatkan serta dilanjutkan tepuk tangan sambil berputar-putar.
Aspek yang kedua ialah aspek musik. Pada kesenian tari babalu ini menggunakan seperangkat alat musik gamelan yang berlaras pelog untuk mengiringi tari babalu. Dimana gamelan ini mempunyai simbol sebagai seorang prajurit yang selalu mendampingi rajanya. Maksud dari instrumen gamelan yang mengiringi penari yaitu kita sebagai manusia harus selalu siap ketika dimintai pertolongan atau saling tolong menolong. Seperti yang diibaratkan seperangkat gamelan dengan para niyaganya yang kurang berhasil tanpa adanya sinden yang menyanyikan tembang tari babalu. Tidak hanya itu saja ditarian ini juga memakai dua iringan tembang yang berjudul “Babalu Mbatang dan Lir Ilir”. Makna simbol pada alunan musik ini berada pada keserasian syair dan gerakan penari. Apabila syair tembang diganti maka gerakan dari para penari juga akan berubah dan akan menimbulkan ketidaksesuaian makna tentang perjalanan seorang prajurit yang telah mengatur siasat perang untuk melawan para penjajah.
Aspek terakhir adalah aspek busana. Pemakaian busana yang sesuai dimaksudkan agar dapat memperjelas peran-peran yang dibawakannya sebagai pendukung isi dari tarian tersebut. Busana yang dipakai pada tarian babalu ini memiliki simbol keprajuritan. Beberapa busana yang digunakan diantaranya ada rompi hitam yang berfungsi sebagai penghangat tubuh. Rompi ini mempunyai simbol kekuatan dan kekebalan dari seorang prajurit pada saat berperang melawan penjajah. Selanjutnya ada slempang yang memiliki makna bahwa seorang prajurit rela berkorban. Dan yang terakhir yakni busana kupluk berkuncir yang dijadikan sebagai topi. Kupluk ini mempunyai makna kegagahan seorang prajurit ketika memimpin perang.
Pada tahun 2000 para penggiat budaya memperkenalkan tari babalu tersebut kepada masyarakat luas. Namun sayangnya sampai sekarang masih banyak masyarakat Kabupaten Batang yang belum mengenal kesenian tari khas daerahnya. Maka dari itu kesenian ini harus terus dilestarikan khususnya untuk kalangan muda agar tari babalu ini selalu terjaga kelestariannya dan tidak termakan oleh perkembangan zaman serta menjadikan para anak muda untuk terus mencintai Kota Batang. Dan diharapkan dari beberapa tarian dari kota kecil di Indonesia agar dapat dipertunjukkan kembali pamornya. Apabila tarian tersebut tidak dilestarikan dan ditinggalkan begitu saja, maka kita akan kehilangan dari keunikan tarian tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H