Pandemi yang diakibatkan oleh Covid-19 dalam beberapa bulan ini telah menyebabkan industry pariwisata terpuruk diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Pembatasan aktivitas secara luas yang diterapkan oleh setiap negara yang mengharuskan orang-orang untuk tinggal dirumah telah membuat industry pariwisata mati suri selama beberapa bulan ini.
Akan tetapi kondisi keterpurukan ini tidak boleh berlangsung lama dan terus menerus terjadi. Ketidakpastian kapan tersedianya vaksin yang ditunggu-tunggu untuk mengatasi permasalahan ini tidak memberikan sebuah kepastian. Oleh karenanya, industry pariwisata perlu segera melakukan langkah-langkah untuk menggerakan sector pariwisata yang merupakan salah satu sector jasa yang paling banyak memberikan pengaruh ekonomi kepada masyarakat Indonesia.
Sebagai organisasi besar yang menaungi pengusaha di bidang Pariwisata, ASITA (Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia) dan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia) dengan anggota yang berjumlah ribuan dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia menginisiasi sebuah Langkah bersama untuk mulai menggerakkan roda industry pariwisata di Indonesia. Pertemuan daring ini di hadiri langsung oleh ketua umum DPP ASITA ibu DR. N. Rusmiati MSi dan ketua umum BPP PHRI DR.IR. Hariyadi Sukamdani MM. CHA. dan dimoderatori oleh DR (cand) Masrura Ram Idjal serta ketua-ketua DPD ASITA dan BPD PHRI dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.
Salah satu yang dianggap penting dalam menggerakkan sector industry pariwisata adalah memberikan sebuah kepastian akan adanya fasilitas Kesehatan, kenyamanan dan kebersihan kepada Wisatawan sesuai SOP international. Berbagai badan pariwisata baik di dalam dan di luar negeri saat ini mulai Menyusun element-elemen standard untuk memenuhi kondisi tersebut.
Tetapi tidak kalah pentingnya yang perlu di lakukan saat ini adalah memberikan penawaran-penawaran yang menarik untuk merangsang wisatawan segera memulai aktivitas perjalanan mereka Kembali. Terutama wisatawan domestic. Hasil Survey cepat yang dilakukan Asita beberapa waktu lalu mendapatkan hasil bahwa 21 % responden menyatakan mereka akan melakukan perjalanan wisata di kota mereka dan 20% akan melakukan perjalanan wisata ke provinsi lain. Sedangkan 20% lainnya menjawab akan mengunjungi teman dan keluarga jika PSBB di dibuka. Hanya 19% yang akan melakukan perjalanan bisnis dan 15% yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri.
Di Pertemuan kali ini ASITA-PHRI berdiskusi dan membuat strategi bersama untuk berpromosi dan melakukan penawaran-penawaran khusus seperti paket-paket perjalanan dengan harga khusus dan dapat di pesan dan digunakan dengan waktu tertentu untuk tujuan wisata domestik. Hal ini disamping untuk segera memulihkan kondisi industry pariwisata dan merangsang wisatawan untuk segera melakukan perjalanan Kembali. Walaupun di saat ini kepastian untuk melakukan perjalanan terutama lewat udara masih simpang siur dan membingungkan bagi masyarakat.
Ada beberapa strategi yang diusulkan dalam pertemuan ini antara lain dibuatkan MOU kerjasama ASITA-PHRI dan pelaksanaannya akan di laksanakan di tingkat DPD atau di daerah masing-masing menyesuaikan dengan kondisi di daerah. Perlu juga di buatkan sebuah forum bersama PHRI dan ASITA yang akan bersama-sama merumuskan Langkah-langkah strategis di daerah masing-masing bekerja sama dengan pemerintah daerah masing-masing.
Anggota ASITA yang berperan sebagai pembuat produk wisata dengan support utama dari anggota PHRI akan membuat paket-paket wisata dengan harga kompetitif untuk menarik dan menggerakan wisata domestic ini. Sebagai salah satu komponen utama, Hotel akan memberikan harga yang kompetitif sementara itu pemerintah daerah akan mensupport komponen lainnya. Paket-paket wisata ini akan di promosikan bersama baik secara resmi dan juga menggunakan media social masing-masing.
Tentunya hal ini sangat tergantung support kebijakan dari pihak pemerintah seperti obyek wisata prioritas apa yang akan di buka, bagaimana proses/protocol kebersihan, keamanan dan kenyamanan di destinasi tersebut agar tidak menimbulkan cluster penyebaran virus covid-19. Dalam kesempatan ini juga hadir bapak Drs. Vincensium Jemadu MBA, Direktur pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf yang menambahkan strategi untuk menggerakakn wisatawan nusantara yang dibagi dalam 2 phase yaitu fase pertama di bulan Juni – July yang di sebut dengan stay cation dimana pada phase ini orang orang akan keluar rumah dan jalan di kotanya dulu, yang terpenting creating deman dulu.
Di akhir Juni akan dicoba untuk membuat sebuah event di grand Indonesia yang bersifat road trip atau membeli kuliner untuk melihat seperti apa respond masyarakat atau antusiame masyarakat. Di bulan Oktober, akan dimulai phase dimana perjalanan antar kota atau antar provinsi akan mulai dibuka dengan menawarkan paket wisata domestik yang kompettitif berfokus di wisata domestik. Tetapi hal ini akan menunggu seperti apa kebijakan dari Kemenhub terkait perjalanan udara dengan protocol dan harganya yang akan berubah nanti yang tentu saja akan mempengaruhi cost perjalanan secara keseluruhan.
Intinya adalah bahwa ASITA,, PHRI dan stakeholder pariwisata harus bersatu dan bekerja bersama-sama berkolaborasi dan bersinergi untuk menggerakkan wisata domestik ini misalnya membuat paket-paket wisata atau event-event yang akan menarik minat masyarakat untuk melakukan perjalanan. Tentunya ini dilakukan dengan rencana dan strategi bersama yang bisa di implementasikan dengan support dari stakeholder lain terutamanya dari pemerintah.