Lihat ke Halaman Asli

Masrura RamIdjal

PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Desa Wisata dan pendekatan Ecotourism+Community based tourism

Diperbarui: 22 November 2018   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pariwisata adalah salah satu sektor petumbuhan ekonomi tercepat dan terbesar di dunia saat ini. Industri pariwisata pensupply 1/3 dari lapangan pekerjaan di negara-negara berkembang dan meliputi 30% dari nilai export jasa di seluruh dunia yang menghasilkan rata - rata USD 3 Milyar perhari dari keseluruhan nilai export (Gstc, 2014).

Pertumbuhan pariwisata di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukan trend yang cukup tinggi, hal ini di tunjang dengan berbagai program branding dan  marketing yang dilakukan oleh Kementrian pariwisata Indonesia di berbagai tempat untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan khususnya wisatawann asing ke Indonesia. 

Trend pariwisata dunia sendiri saat ini adalah meningkatkan kepedulian terhadap keberlangsungan obyek wisata sendiri dan meminimalkan ekses negatifnya dengan konsep sustainable tourism dan ecotourism yang menyatukan pelestarian lingkungan alam, komunitas dan meningkatkan kesejahteraannya (Ties,1990) serta meningkatkan kapasitas serta memberikan edukasi kepada komunitas local (Ross et al, 1999)

Ecotourism sangat penting menghadapi menurunnya kondisi destinasi wisata alam yang kian hari kian menunjukan penurunann fungsinya akibat banyaknya kunjungan wisatawan dan pengelola yang terus exploitasinya tanpa memikirkan keberlangsungan destinasi itu untuk masa yang akan datang. Ecotourism akan meningkatkan kesadaran baik masyarakat di sekitar destinasi maupun pengunjung untuk bersama-sama menjaga dan melindungi lingkungan dana lam sekitar serta adat dan budaya local untuk keberlangsungannya. 

Destinasi - destinasi alam ini kebanyakan terletak di daerah pedesaan yang biasanya dikembangkan oleh pemerintah setempat bekerja sama dengan perusahaan setempat dan jarang melibatkan masyarakat secara luas dalam pengelolaannya. Ekotourism mencakup prinsip-prinsip dasar pariwisata secara keberlanjutan yang menimbulkan dampak secara ekonomi, sosial dan lingkungan yang banyak ahli sepakat merupak alternative pendekatan pembangunan pariwisata saat ini (cater, 1994; Norris et al, 1998: Epler wood, 2001).

Ekotourism menawarkan manfaat ekonomi yang terlihat secara nyata misalnya peningkatan pendapatan, kesejahteraan, pendidikan, sarana dan prasarana yang biasanya tidak terjangkau didaerah pinggiran yang memiliki jarak jauh dengan perkotaan. Berbagai atraksi alam yang berada di daerah ini (nature based attraction) hanya tersedia di tempat-tempat tertentu dan setelah menarik kunjungan wisatawan harus di bangun fasilitas pendukungnya. 

Masyarakat yang berada di daerah pinggiran ini pun biasanya hidup di bawah garis kemiskinan dan memiliki latar pendidikan yang rendah, dengan dikembangkannya wilayah mereka, program peningkatan kapasitas tentu saja menjadi prioritas utama bagi mereka untuk mendukung destinasi serta berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan destinasi pariwisata. Program-program ini secara keseluruhan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

Trend wisata dunia saat ini menunjukan meningkatnya permintaan kunjungan ke destinasi ekowisata di seluruh dunia akibat perubahan kesadaran akan isu penyelamatan lingkungan dan global warming. 

Disamping itu, wisatawan mempunyai keinginan yang tinggi untuk merasakan pengalaman baru dalam berbagai macam kegiatann di alam, situs-situs arkeologi, sejarah atau berinteraksi dengan adat, budaya serta atata cara hidup masyarakat setempat. Dalam dua decade terakhir, trend permintaan ke nature based tourism di negara-negara berkembang menunjukan perkembangan yang significant dibandingkan ke destinasi --destinasi biasanya. 

Dan ini membuka peluang bagi masyarakat di daerah pinggiran (pedesaan) untuk terlibat secara aktif mengembangkan dan membangun secara serius destinasi pariwisata di daerah mereka. Di banyak negara berkembang, Community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasiskan masyarakat sudah menjadi alat untuk mengembangkan pariwisata dan memberikan manfaat bagi komunitas sekitarnya (Novelli et al, 2007; Zhao et al, 2007: Manyara et al, 2007).

Community based tourism (selanjutnya disebut CBT) adalah sebuah konsep pengembangan komunitas yang akan menguatkan kemampuan komunitas masyarakat di pedesaan dalam rangka mengatur potensi sumber daya pariwisata yang tersedia sambil memastikan keterlibatan komunitas local tersebut dalam kegiatan itu (Jamal & Getz, 1995; Responsible Travel, 2009). Dari beberapa penelitian di berbagai negara CBT dapat membantu masyarakat meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan ekonomi, melestarikan adat dan budaya serta lingkungan alam sekitarnya serta meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan berbagai kesempatan pelatihan dan pendidikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline