Lihat ke Halaman Asli

Masruhin Bagus

www.jejakruang.com

Amplop Terakhir

Diperbarui: 19 Februari 2022   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: pixabay

Desa Seger Arum yang biasa menawarkan kesejukan dan ketentraman berubah menjadi panas. Orang-orang desa merasa gerah. Mereka kasak kusuk membicarakan prilaku orang yang menurutnya tidak pantas dilakukan. Seseorang yang seharusnya menjadi panutan rakyat. Orang yang seharusnya bisa menjaga keamanan dan ketentraman desa, tapi justeru merusak keharuman desa. Tidak pantas seorang pamong sering keluar masuk komplek pelacuran. Dan ini merupakan aib bagi Desa Seger Arum. Seseorang yang mereka sebut itu adalah aku. Seorang pamong desa yang biasa dipanggil Kamituwo.

Seperti pagi ini, kembali aku akan menemui Ibu Desi. Aku lebih suka memanggilnya Ibu Desi, meskipun orang biasa memanggilnya Mami Desi. Wanita penjaga warung kopi di kampung sebelah yang dijuluki kampung hitam ini.

"Gitu kok nggak mau dibilang main perempuan!" suara ketus seorang ibu yang berada di ujung perempatan jalan. Jalan yang biasa aku lewati untuk menuju kampung yang dikenal banyak menjajakan perempuan-perempuan nakal. Aku menghiraukannya. Aku memilih diam, meskipun bisa saja aku menampar mulut lamis-nya. Aku sudah biasa dengan senyum sinis mereka, aku tak peduli.

"Bapak nggak malu tho sering berkunjung kesini?," tanya Bu Desi sambil menuangkan kopi panas.

"Untuk apa malu, toh aku hanya minum kopi dan membahas rencana kita," tukasku sambil menuangkan kopi panas di atas lepek.

Memang, sudah yang ke sekian kali aku mengunjungi warung Ibu Desi. Dan kesekian kali pula orang-orang melihatku terlibat pembicaraan serius dengan Ibu Desi. Hingga akhirnya tersiar kabar aku memiliki demenan di komplek lokalisasi itu.

Terserah orang mau bilang apa. Aku hanya ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat. Selama menjadi pamong aku merasa belum melakukan apa-apa. Aku ingin mewariskan kebaikan, ber-amal jariyah sebagaimana para kiyai nasihatkan. Aku tidak tau hidup ini sampai kapan. Aku tidak mau mati sebelum berarti. Lebih-lebih saat ini aku mulai mudah lelah. Jika seharian saja aku bekerja maka dipastikan esoknya aku akan ngedrop. 

***

Sudah hampir satu minggu aku terbaring di rumah sakit. Jarum infus menancap di tanganku. Terasa nyeri jika sedikit saja aku menggerakkan tangan. Dokter belum mengatakan penyakit apa yang aku derita. Aku hanya merasakan sedikit demam dan terasa berat untuk berdiri bahkan hanya sekedar mengangkat kepala. Aku seperti tidak memiliki kekuatan sama sekali. Lemas. Aku hanya bisa menggerakkan tanganku, sekedar untuk makan, minum atau menulis.

"Bu, tolong sampaikan amplop ini ke Ibu Desi ya!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline