Lihat ke Halaman Asli

Drama Hijrah

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1383628895195913022

“Inilah kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman". Puluhan muslimin telah menyelinap pergi Yatsrib (Madinah). Kaum Quraisy tak terlalu peduli. Perhatian mereka tertuju pada Muhammad yang masih di Mekah, yang tak akan mereka biarkan lolos. Padahal Rasulullah telah siap untuk pergi. Abu Bakar telah menyiapkan dua unta, baginya dan bagi Rasulullah. Unta itu dipelihara Abdullah bin Uraiqiz. Perintah Allah untuk hijrah pun turun. Rasulullah memberi tahu Abu Bakar. Para pemuda Quraisy juga semakin ketat memata-matai rumah Rasulullah. Mereka sesekali mengintip ke dalam rumah, melihat Rasulullah berbaring di tempat tidurnya. Namun Rasulullah meminta Ali mengenakan mantel hijaunya dari Hadramaut serta tidur di tempat tidurnya. Kaum Quraisy tenang. Mereka pikir Rasulullah masih tidur. Ketika esok harinya mendobrak pintu rumah Sang Rasul, mereka hanya mendapati Ali yang mengaku tak tahu menahu tentang keberadaan Rasulullah. Malam itu, Rasulullah telah menyelinap dari jalan belakang tanpa sepengetahuan para pemuda Quraisy. Bersama Abu Bakar, beliau berjalan mengendap dalam gelap, menuju ke selatan, ke sebuah gua di bukit Tsur untuk bersembunyi. Sebuah pilihan cerdik. Kaum Quraisy tentu menduga Rasulullah langsung menuju Yatsrib di utara Mekah. Dalam persembunyiannya, mereka tetap memasang telinga melalui Abdullah, anak Abu Bakar, yang tetap tinggal di Mekah. Setiap malam, Abdullah pergi ke gua, melaporkan perkembangan suasana serta mengirim makanan yang disiapkan Aisyah dan saudaranya, Asma. Setiap pagi, pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhaira menggembala kambing menghapus jejak itu. Tiga malam mereka bersembunyi di gua. Suatu riwayat menyebutkan, bahwa sejumlah pemuda Quraisy telah mencapai bibir gua. Abu Bakar gemetar meringkuk di sisi Rasulullah. Saat itu, Rasulullah berbisik, "La tahzan, innallaaha ma'ana (Jangan sedih, Allah bersama kita) ". Rasul juga menghibur dengan kata-kata, "Abu Bakar, kalau kau menduga kita hanya berdua, Allah-lah yang ketiga." Konon para pamuda Quraisy itu melihat sarang laba-laba serta burung merpati mengerami telur di mulut gua. Mereka pikir, tak mungkin Rasulullah bersembunyi di situ. Akhirnya merekapun pergi. Setelah aman, Abdullah bin Uraiqiz membawa keluar mereka. Tiga unta beriringan ke barat. Mereka berjalan berputar menuju arah Tihama, dekat Laut Merah, melalui jalur yang paling jarang dilalui manusia. Baru kemudian mereka berbelok ke utara, ke Yatsrib, menapaki terik gurun. Siang-malam mereka terus berjalan. Kaum Quraisy membuat sayembara, “Hadiah 100 unta bagi yang dapat menangkap Muhammad”. Suraqah bin Malik tergiur iming-iming itu. Ketika mendengar informasi ada tiga orang berunta beriringan, ia mengelabui kawan-kawannya. Ia memacu kudanya sendirian mengejar Rasulullah. Sedemikian menggebunya Suraqah, sehingga kudanya tersungkur di belakang Rasulullah. Suraqah lalu menyerah karena menganggap dirinya tengah sial.  Dua pekan kemudian, Rasulullah tiba di Quba, desa perkebunan kurma di luar kota Yatsrib. Beliau tinggal di sana selama empat hari. Di sana Rasulullah bertemu kembali dengan Ali yang berjalan kaki ke Yatsrib. Mereka kemudian berjalan bersama menuju kota, dan disambut sangat meriah oleh warga Yatsrib dengan bacaan shalawat. Orang-orang Arab, baik yang Islam maupun penyembah berhala, serta orang-orang Yahudi tumpah ruah untuk melihat sosok Muhammad yang banyak diperbincangkan. Orang-orang berebut menawarkan rumahnya sebagai tempat tinggal Rasul. Tapi Rasulullah menyebutkan bahwa beliau akan tinggal di mana untanya berhenti sendiri, yakni di rumah milik Sahal dan Suhail, dua orang yatim dari Banu Najjar. Setelah dibeli, rumah itu pun dibangun menjadi sebuah masjid. Di sanalah orang-orang miskin dari berbagai tempat yang datang menemui Rasulullah untuk memeluk Islam kemudian ditampung. Rasulullah membangun rumah kecil bagi keluarganya di sisi masjid itu. Semasa pembangunan rumah itu, Rasul tinggal di rumah keluarga Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Sekarang masjid yang dibangun Rasulullah tersebut menjadi masjid Nabawi yang teduh di Madinah. Sedangkan rumah tinggalnya menjadi tempat makam Rasul yang kini berada di dalam masjid Nabawi.  Hijrah, langkah berbahaya namun mengantarkannya menjadi pemimpin utuh: pemimpin keagamaan, kemasyarakatan juga politik. Semoga kita dapat meneladani semangat hijrah Rasulullah dan para sahabat. Selamat berhijrah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline