Berbicara tentang islam tentunya tak asing lagi dipikiran kita, agama yang menjadi mayoritas keyakinan di Indonesia ini menjadi sangat populer ketika ia ditarik dalam ranah perpolitikan di Indonesia. Banyak peristiwa yang menggambarkan bahwa islam sudah demikian dilibatkan, bahkan ia dijadikan alat untuk kepentingan pribadi atau suatu kelompok. Memang, ketika kita merujuk ke prinsip Islam itu sendiri, agama ini sangatlah kompleks, mulai dari urusan kamar mandi hingga politik semua dibahas di dalamnya.
Belakangan ini maraknya isu-isu tentang Islam yang melibatkan ormas, kelompok-kelompok radikal, bahkan dalam arena politik masih menjadi tranding topik, dan kasusnya pun bermacam-macam. salah satunya banyak isu negatif yang menyerang Presiden Joko Widodo dengan tuduhan terkait keislamannya.
Menurut mereka, Jokowi adalah orang muslim biasa yang terpilih menjadi presiden, atau bahkan yang lebih ekstrem lagi adalah menggangap Jokowi itu anti Islam. Sentimen-sentimen yang dibuat oleh para kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab atau saya dan sebagaian orang menyebutnya "Barisan Sakit Hati" yang menganggap bahwa keislaman merekalah yang paling benar.
Kelompok ini selalu memberikan informasi yang tidak otentik, bahkan terkesan mengada-ngada. bukankah, hal tersebut memberikan nilai-nilai negatif tentang Islam itu sendiri? Sangatlah mengherankan ketika kelompok itu mengklaim presiden Jokowi anti islam, padahal ketika kita melirik dana-dana yang dia keluarkan itu bukan hal yang main-main. Contohnya pembangunan Masjid Istiqlal menghabiskan dana sebanyak 475 Milyar dan bapak Jokowi menyebut itu adalah perenovasian yang terbesar selama 41 tahun terakhir, yang artinya semenjak dibangunnya Masjid Istiqlal baru kali ini ada perenovasian yang besar-besaran.
Bahkan Jokowi masuk dalam Top 5 Muslim 'The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2020' atau 50 teratas di antara 500 muslim paling berpengaruh di dunia tahun ini. Peringkat Jokowi tahun ini ada di nomor 13, naik dibanding tahun 2019 kemarin yang berada di nomor 16. Jokowi naik tiga peringkat.
Tidak hanya disitu pada 23 juni 2020 Jokowi kemudian melalui UNRWA dan ICRC serta pemerintahan Palestina memberikan peningkatkan dana bantuan berupa sarana pendidikan, kesehatan, pangan, pembangunan, dan pelayanan sosial lainnya. Dan itu adalah bentuk kepedulian sesama umat beragama. Sebagaimana dilansir oleh situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, bantuan ini serta merta hanya bentuk kepedulian bangsa Indonesia atas penderitaan Palestina dan perluasan aneksasi Israel.
Hal tersebut jika kita lihat kembali amanat UUD 1945 yang menegaskan bahwa perdamaian dunia adalah suatu bentuk keadilan dan sikap yang harus dipertahankan sebagai bangsa Indonesia yang sejati. Palestina sebagai negara yang terjajah puluhan tahun harus tetap mendapatkan perhatian dari negara lain. Dan langkah untuk menaikkan dukungan ini tidak lain membantu Palestina pada kemenangan dan kemerdekaan yang berdaulat.
UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) sendiri merupakan badan PBB yang didirikan 70 tahun lalu dan saat ini menangani 5,5 juta pengungsi Palestina yang berada di Gaza, Tepi Barat, Yarusalem Timur, Yordania, Lebanon dan Suriah.
Saya teringat perkataan ulama besar dari timur "jangan mengaku dirimu islam jikalau perut tetanggamu masih banyak yg kelaparan" dan ketika kita melihat apa yg dilakukan presiden Jokowi bukankah itu bentuk memerhatikan negara tetangga? dan hal tersebut bukankah sebuah bentuk kepeduilan?
Dan jikalau kelompok-kelompok itu masih mengklaim bapak jokowi anti kepada Islam saya rasa itu adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang keliru. Kesimpulan yang sudah sudah tidak relevan lagi.
sumber gambar: mojok.co