Hari Raya Iedul Fitri sudah dekat, kebanyakan saat mudik, yang kita kunjungi adalah para sepuh, orang tua kita, mertua, nenek, kakek, paman, bibi atau kakak sulung kita. Banyak dari mereka yang usianya sudah lanjut.
Saat berkunjung, di antara pemudik memang ada yang menginap di hotel atau penginapan. Makan tidur mandi ya di hotel/penginapan. Berkunjung ke pinisepuh hanya beberapa jam saja. Ini jenis tamu yang tidak memberatkan tuan rumah.
Tapi lebih banyak lagi yang bukan hanya bertamu, tapi menginap, makan, tidur , mandi di rumah sesepuh utama keluarga besar. Bukan hanya satu dua malam, tapi bisa hingga beberapa malam dan beberapa hari.
Para sesepuh tersebut , seperti sudah jadi aturan tak tertulis, seolah-olah wajib menyiapkan konsumsi untuk semua tamu. Sarapan, makan siang, dan makan malam. Wajib pula menjadikan rumahnya penginapan dadakan. Termasuk menyiapkan sprei dan selimut bersih, kasur dan kamar.
Demi menerima tamu, tak jarang mereka harus membersihkan rumah, dari halaman sampai menyikat kamar mandi. Membersihkan rumah juga berulang, setelah para tamu pulang.
Biasanya para tamu meninggalkan sampah, kamar mandi yang menjadi kotor dan berantakan. Bahkan tamu yang memiliki bayi tanpa malu-malu meninggalkan kantong keresek berisi pampers kotor/bekas. Lengkap dengan (maaf) kotoran bayinya.
Masih mending jika mereka mampu membayar pembantu. Kalau tidak? Sudah pasti mereka berjibaku ke segenap pelosok rumah . Membersihkannya.
Tentu ini bukan open housenya para pembesar. Yang notebene punya anggaran untuk itu, dan punya kantong cukup tebal.
Kerap orang yang kita kunjungi mungkin sudah pensiunan. Namun lantaran rindu ingin dikelilingi anak cucu, mereka akan menguras tabungan . Demi menjamu anak cucu. Bahkan ada yang menjual sesuatu, mulai dari jual kalung emas sampai asset lainnya.
Ada pula yang rela menghabiskan uang belanja makan pribadi mereka untuk satu bulan ke depan. Saking sayangnya seorang ibu kepada anak cucu, ketika anak cucu pulang masih ia bekali dengan makanan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.
Bahkan lupa bahwa di rumahnya sendiripun tak ada lagi persediaan makanan. Sehingga ketika lebaran selesai, para tamu sudah pulang, uangpun menipis. Menyasati kondisi ini , mereka menyembunyikan keprihatinan kepada anak cucu dan tamu-tamu tersayangnya.