Tulisan sebelumnya: " Bandung Tempo Dulu, Kenangan Jalan Progo Masa Silam (1)"
Suasana Keseharian Seputar Jalan Progo dan Gedung Sate Masa Silam
Matahari terbit, kabur menipis, embun bertaburan di permukaan rumput dan dedaunan. Masih hening, kami bersiap berangkat sekolah. Biasanya, sejak kecil kami dibiasakan ibu untuk menunaikan tugas dulu. Seperti melap perabot, membereskan kasur dan kamar, menyuci piring masing-masing sehabis makan. Pantang menyimpan piring kotor di meja usai sarapan . Sejak kecil duduk di kelas 1 SD , meski ibu memiliki ART, kami terutama anak perempuan, sudah terlatih untuk melakukan semua urusan sendiri. Mulai dari mandi pagi, sampai menyiapkan seragam, buku, dan lainnya. Lalu harus ikut berkontribusi dengan urusaan kepentingan bersama, bukan diri sendiri. Seperti memberi membersihkan ruang tamu dan lainnya.
Membantu ayah bagiku pribadi paling berkesan, ayah selalu mengajarkan kami lewat keteladanan, tentang tata krama, budi pekerti, kejujuran , kelembutan, kesabaran, cinta dan kasih sayang. Ayah mendidik tentang kebersihan dan memelihara keindahan taman rumah sendiri. Memberi makan ayam, merawat dengan kasih sayang.
Jika musim hujan laron-laron berterbangan keluar sarang, merangsek ke rumah kami, terutama lampu-lampu di halaman dan kandang ayam. Ayah menyiapkan baskom-baskom berisi air. nanti laron-laron yang terkumpul di baskom jadi santapan ayam. Setiap ayam oleh ayah diberi nama. Kami hanya mengambil telur mereka, sering tak tega untuk memotongnya.
Jika semua urusan beres, kami menunggu becak langganan di halaman rumah. Saat masih duduk di SD kelas 1 sampai kelas 5. Dulu lumayan masih rawan penculikan anak. Lebih aman diantar jemput pakai becak langganan. Setelah kelas 6 SD aku mulai berangkat sekolah berjalan kaki.
Tahun 1960an, 1970an , setiap pagi jalan depan rumah penuh rombongan anak sekolah. Berduyun-duyun berombongan , pakai seragam aneka model dan warna . Di dekat rumah ada sekolah SKKP Negeri (Jalan Cimanuk, sekarang SMPN 44) , ada sekolah SPG Negeri 1(Jalan Citarum , sekarang SMAN 20) berseragam putih abu. Rombongan siswa siswi SMPK Bahureksa (sekarang SMAK BPK penabur) seragam atasan putih dengan garis biru , rok biru . Aku sendiri, seragam atasan putih, rok coklat saat SD, setelah SMP tinggal tambah saja Rompi Kuning.
Berbagai rombongan sekolah lainnya, seperti sekolah Muslimin (putih hijau) dan lainnya. Rombongan pegawai postel , seragamnya putih hitam. Dulu seragam sekolah masing-masing sekolah beda, ada yang bawahannya khakhi, atau warna lainnya. Maka setiap pagi rombongan yang berasal dari berbagai kawasan permukiman yang lumayan padat , seperti area Cihaurgeulis, Muararajeun, Gang Tilil, Jalan Gagak.... Ada perkampungan yang kelak nantinya berubah menjadi jalan Surapati Cicaheum (Suci).
Kenapa sangat banyak yang ramai-ramai berjalan kaki. Karena saat itu kendaraan umum masih jarang, jalan kaki di kota Bandung tidak melelahkan. Selain lalu lintas hening, sangat nyaman, sejuk dan bersih hawanya, jalanan asri, kiri kanan banyak pepohonan, lahan hijau , masih ada sawah-sawah di tengah kota. Apalagi di pinggiran, melulu sawah dan kebun.