Saya terkesima oleh ucapan Ibu Azizah Hamka , putri almarhum Buya Hamka dalam sebuah podcast (Denny Sumargo, di kanal YouTube 9 Maret 2022). Beliau mengungkap kenangan menjelang wafatnya Umi (panggilan kepada ibundanya). Saat dirawat di rumah sakit, Umi menggenggam tangannya sembari berkata, "Ica ,pandai pandailah kau bercermin maka selamat hidup kita dunia akhirat."
Kalimat sederhana , namun sangat menggugah nurani. Di masa degradasi budi pekerti seperti sekarang. Medsos marak kalimat saling mencaci dan memaki, saling mendebat dan mencela. Jadi rindu kedamaian dan ketulusan. Kemana sirnanya suasana tenteram itu, saling memaafkan, memaklumi, menyadari jejak diri.
Pandai pandai bercermin diri, kalimat kunci penyemangat Ramadhan tahun ini. The Power of Muhasabah, renungan tulus tentang jejak langkah amalan diri, dan upaya memperbaiki kesalahan serta tidak mengulangi.
Mengutip dari tulisan Prof. Dr. Arif Satria. SP, M.Si di blog Istiqlal.or.id , bahwa Muhasabah adalah meneliti perbuataan sendiri, dulu dan kini, baik atau buruk. Tujuannya tidak mengulangi perbuatan buruk, perbuatan yang baik ditingkatkan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Hasyr ayat 18, yang artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Hasyr ayat 18)
Sejatinya , memperbaiki diri mampu mendongkrak enerji positif. Enerji itu menular. Jika berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang matang, mengayomi,dewasa pemikirannya, menyejukkan hati , bersemangat, jujur , kreatif, rajin/tekun, ramah dan murah senyum, akan cenderung menenteramkan. Membawa juga pengaruh baik untuk lingkungannya. Enerji positif menebarkan aura positif. Demikian pula sebaliknya.
Ramadhan ini, setidaknya mampu menjadi sosok penebar kebaikan dan enerji positif. Meski tidak, sesmpurna ahlaq Rasululllah Muhammad SAW. Setidaknya amalan niat baik selalu tercatat , dan Ridho Allah bagi semua niat baik.
Sudah puluhan Ramadhan berulang. Ternyata meski latihan pengendalian diri terus berulang, masih saja sarat kekurangan. Puluhan kali berpuasa , memang belum menyempurnakan hati ,pikiran, sikap, motivasi, tindakan, etos kerja dan lain sebagainya. Belum menerapkan dengan baik semua keteladanan Rasulullah SAW yang tertuang dalam hadits. Belum baik menjadikan amar ma'ruf nahi mungkar dalam keseharian.
Namun setidaknya niat dan upaya tindakan , agar konsisten mengamalkan firman Allah dalam Al Quran, telah menumbuhkan enerji dan semangat menjadi lebih baik . Tidak mudah, namun setiap upaya selalu bermuara pada suasana hati dan kehidupan yang lebih baik.