Saat Saya Menyuci Seratus Piring ada Seonggok Sampah di Dalam Piring
Catatan Lebaran , tahun 2013.(Belum ada Pandemi)
Siang itu, lebaran yang ke 21 saya bertugas sebagai bidang konsumsi . Para tamu yang notabene kerabat semua, ada yang datang sejak pagi , dan langsung ikut sarapan . Ada pula yang datang siang dan baru usai makan siang. Ada yang lesehan di teras depan, samping, ada yang mengobrol di ruang tengah, ada yang sedang bercanda di kamar.
Maaf , bidang konsumsi seperti saya tidak punya kesempatan untuk leyeh-leyeh. Sejak beberapa hari sebelum hari H sudah berjibaku di dapur. Jauh hari sebelumnya sudah berburu bahan mentah di pasar. Juga sejak sebelum subuh tadi menghangatkan makanan yang kami masak seharian penuh kemarin.
Siang itu saya bergegas mengumpulkan piring-piring kotor. Mulai darimana ya? Dari ruang tamu dulu, karena tadi sebagian keponakan makan di ruangan ini.
Sekarang mereka berlarian di halaman. Tapi tak segampang itu untuk memberesinya. Saya tak bisa langsung menumpuk piring untuk kubawa ke tempat cuci piring.
Apa ini? Piring yang nyaris penuh, tapi sudah diaduk-aduk, ketupat, kuah opor, tumis cabai hijau, sambal goreng ati kentang. Duuuh, tega sekali, ini ada daging semur yang sudah digigit sedikit, dan ayam yang tinggal tulang. Piring lain , malah ada yang ayamnya hanya digigit sedikit, lalu disisakan utuh. Sayur buncisnya menggunung tidak disentuh, hanya diacak saja.
Piring lainnya, lumayan, tidak terlalu banyak sisa, hanya dua potongan ketupat dan kuah yang banjir. Ada lagi, piring berisi rujak serut dengan kerupuknya yang tinggal separuh, rujaknya juga tinggal separuh.
Piring kotornya ada yang tergeletak di meja tamu, di kolong kursi tamu, bahkan di atas kursi. Setahun sekali bertugas seperti ini tak masalah. Hanya hati berasa miris ketika onggokan sampah sisa makanan begitu banyak di piring-piring tersebut.
Di sini Sampah Makanan Teronggok, disana Sejumlah Orang Mengais Makanan dari Tempat Sampah