Tema Hari Air Dunia ke XXV , 22 Maret , 2017 , Air dan Air Limbah
Siapa sih yang tak merindukan sungai-sungai mengalir dalam bening. Lantas di bantarannya ada perdu dan bebungaan serta jogging track cantik meliku di tepiannya. Siapa juga yang tak merindukan sungai-sungai yang mengalirkan kehidupan, bukan sungai dengan aroma sampah apalagi sebagai jelmaan septiktank bayangan.
Sejatinya sungai sejak hulunya sudah harus terjaga bantarannya. Hijau merekah bebas dari kegundulan hutan. Sehingga tidak mengalirkan lumpur dari proses erosi sejak titik awal bermula mata airnya tercipta. Gemericik perjalanannya sungai-sungai membawa kejernihan , dimana satwa air tumbuh dalam keriaan. Ikan-ikan dengan segala ragam spesies ceria dalam habitat aslinya.
Sungai-sungai di Belanda yang melintasi kota, justru menjadi ajang wisata dan titik-titik pusat keindahan. Seperti direncanakan dan ditata sejak masa pendudukan kolonial Belanda dulu. Ada lelampu berbaris di tepian Cikapundung .
Langkah sekecil apapun peduli terhadap air, selalu ada manfaat yang berefek domino. Perilaku sekecil apapun mencemari air dan sungai, efek dominonya juga bisa berakibat musibah.
Tersebutlah potensi Sungai Cidurian untuk dikelola sebagai spot cantik di tengah kota . Mengubah sungai sebagai pemandangan yang paling ingin dihindari, menjadi pemandangan yang paling dirindukan.
Sungai Cidurian membelah tengah kota Bandung. Membujur dari utara ke selatan melewati berbagai wilayah kecamatan. Dan yang saya amati adalah Sungai Cidurian yang melintasi Kecamatan Rancasari. Yang diapit 2 kelurahan (Kelurahan Manjahlega di bantaran sebelah baratnya, dan Kelurahan Cipamokolan di banataran sebelah Timurnya ).
Kerja Bakti Seru, 13 Maret dan 14 Maret 2017
Kerja Bakti di masa kini, mengingatkan guyubnya kehidupan gotong royong yang kental di benak bangsa kita. Kendati untuk wilayah perkotaan tradisi ini kian menipis. Sepertinya kerja bakti di kawasan perkotaan nyaris tinggal cerita dari masa silam. Hanya menyisa di pelosok pedesaan saja, atau pinggiran kota.