Lihat ke Halaman Asli

masrierie

TERVERIFIKASI

sekedar berbagi cerita

Kala Nyanyian Kehilangan Kata

Diperbarui: 6 Oktober 2015   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427673276154869410

 

 

Akulah bunga-bunga putih yang terbang melawan angin
Menyusuri awan dan musim yang selalu berganti rupa
Akulah sunyi yang mencari malam, menjangkau bintang-bintang yang tak pernah kita gapai, meraih bisunya purnama lewat tengah malam.

Kita bertutur soal negeri bulan , jalan-bertabur untaian kembang dewata ,
Kita berbincang soal kabut biru di atas telaga senjakala, serta berbagai kemungkinan untuk kita menemukan pelangi,
melewati setiap gapura janur kuning yang menghiasi angan-angan,
agar kita temukan celah-celah untuk kita daki, menuju tangga-tangga langit.

Kita bercerita setiap purnama datang , bersembunyi pada permainan waktu, menutup diri dari dunia.
Kitalah rindu yang selalu menyusuri lorong-lorong senyap,
lika-liku keremangan tanpa ujung,
bersama irama angin, dalam pelukan ketidak pastian.
Kitalah cerita tanpa ending , mengikuti tulisan pujangga ,
masa demi masa.

Pelabuhan manakah akhir dari pena yang terus menari ini?


Akukah puisi dalam syair lagu itu?

Memori itu tercatat indah
Dalam sebuah musim penghujan, dimana gemuruh air mengetuk jendelamu.
Saat kau bukakan sebuah pintu untuk aku mencari keteduhan malam. Bukankah kedua mata kita tak bisa saling melepaskan diri. Tatapanmu meraih hatiku dan seluruh nadi dalam debaran jantung malam.

“….. kita adalah rahasia ………., ” engkau menyimpan telunjukmu di atas bibir, agar dunia tak pernah tahu tentang kita.
Maka bulanpun semakin berbinar,
gemerlapnya memainkan simfoni di ruangan hati kita.
Mengapa kita hanya melepas rindu dalam rongga jiwa kita belaka?
Tidak adakah ruang – ruang lain dimana mentari dunia luar menyirami kebersamaan kita?
Rindu yang selalu saja bertumpuk, terpendam, terbendung dalam belenggu hari,
selalu menghambur tak tertahankan… kita lepas lewat dentingan pianomu,
yang gemanya menjelajahi semua detak jam yang aku miliki.

Denting piano itu terbang meraih bulan,
menjelma taburan bunga-bunga putih dari angkasa, menjamah setiap mimpiku.
Nada-nada romantismu memainkan khayalanku,
lamunan-lamunan senjakala,
dan aku mulai merekam khayalan itu dalam sebuah mimpi.

Aku tak punya lagi kesempatan untuk mencatat dirimu selain dalam dunia khayal.
Sepenggal angan-angan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline