Lihat ke Halaman Asli

Belajar Mengelola Koperasi Modern dari Dua Koperasi Terbesar Swiss

Diperbarui: 15 Juni 2017   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar mengelola koperasi modern dari dua koperasi terbesar di Swiss

Sejak tahun 2010 hingga awal tahun 2014, pemerintah Presiden Indonesia kelima Susilo Bambang Yudhoyono menugaskan almarhum ayah saya, Djoko Susilo untuk menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechstenstein untuk masa jabatan empat tahun. Selama periode tersebut, saya berkesempatan bolak balik antara Jakarta dan negeri yang terkenal akan pegunungan Alpennya tersebut.

Satu pekan awal dari penugasan ayahanda, kami berbelanja berbagai macam kebutuhan rumah  tangga di kediaman resmi Duta Besar di ibu kota Swiss, yaitu Bern. Daging sapi, beras, shampo, sabun dan handuk adalah barang-barang yang kami beli di berbagai pusat-pusat berbelanjaan di ibu kota.

Diantara toko-toko yang kami singgahi, jaringan ritel Coop dan MIGROS adalah yang paling sering kami kunjungi. Kedua perusahaan tersebut bersaing menarik hati konsumen di Swiss untuk berbelanja di toko-toko mereka. Kalau di Indonesia, persaingan kedua perusahaan ini seperti antara perusahaan milik CT Corp, Carrefour dan Giant, ritel modern milik Hero Swalayan Group.  

Di luar jaringan pasar swalayan dan minimarket, kedua perusahaan tersebut juga merambah sektor perbankan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Satu tahun kemudian, saya baru mengetahui bahwa bentuk badan usaha dari dua raksasa ritel Swiss tersebut adalah koperasi, bukan Perseroan Terbatas atau Limited Company. Hal ini mengejutkan saya, bagaimana bisa sistem koperasi bisa mengelola perusahaan sehebat Coop dan Migros ? Bangunannya mewah dan megah, dilengkapi pendingin ruangan (AC), tokonya bersih dan outletnya ada di setiap sudut kota, baik yang kecil seperti minimarket atau yang besar seperti pasar swalayan.

Sebaliknya, di negara kita, koperasi identik dengan ekonomi menengah bawah. Gedung kantor dan toko tempat berusaha, kalah mentereng dibandingkan dengan bangunan milik korporasi besar dan pasar swalayan. Jumlahnya ribuan, sedangkan di Swiss hanya ada dua koperasi yang sudah saya sebutkan di atas. Belum lagi pengelolaannya yang kadang-kadang menipu para anggotanya. Singkat kata, koperasi belum menghadirkan kesejahteraan bagi anggotanya, apalagi masyarakat miskin di Indonesia.

Sebaliknya, Coop dan MIGROS dipimpin oleh orang-orang hebat. (nanti dielaborasi mengenai CEOnya).Coos dipimpin oleh Joos Sutter, seorang profesional sarat pengalaman dan mantan Direktur Utama perusahaan kosemtik asal Inggris, The Body Shop untuk cabang Swiss. Sedangkan, MIGROS telah menunjuk Herbert Bolliger untuk menjadi nahkoda bagi perusahaan. Ia sudah bekerja untuk MIGROS sejak tahun 1997 atau hampir 20 tahun lamanya.

Coop didirikan oleh pengusaha tekstil Jean Jenny-Ryffel di kanton Glarus, Swiss pada tahun 1864, dengan jumlah anggota sebanyak 2,5 juta orang, menurut situs resmi badan usaha. Sedangkan MIGROS dalam laman resminya menyebutkan bahwa MIGROS menyusul sekitar hampir 60 tahun kemudian, pada tahun 1925. Didirikan oleh pengusaha sekaligus politisi Gottlieb Duttweiler, MIGROS telah mencatat 2 juta orang masyarakat Swiss sebagai anggotanya.

Melihat jumlah anggota kedua koperasi tersebut yang berkisar pada angka 4,5 juta orang, maka kita dapat mengasumsikan bahwa separuh dari penduduk Swiss adalah pemegang saham kedua koperasi tersebut.

Masyarakat yang tinggal di desa, seperti petani dan peternak merupakan diantara para anggota kedua koperasi tersebut. Saya melihat sejumlah produk pertanian dan peternakan seperti keju, susu, yoghurt dan pasta sudah diberi stempel “Coop” dan “MIGROS”, bersanding dengan produk makanan asal Swiss lainnya, seperti Nestle, Clariant, Lindt dan merk kopi asal Amerika Serikat, Starbucks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline