Lihat ke Halaman Asli

Ayo, Mari Berhenti Sejenak

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, mari kita berhenti sejenak saudaraku. Ku lihat peluh mu begitu deras dan sekujur tubuhmu terluka. Sepanjang perjalanan dakwah kita yang berat dan melelahkan ini, ku lihat senyum keikhlasanmu, ku lihat sikap tegarmu, ku rasakan kasih sayang lembutmu. Aku mengerti kamu masih kuat menapaki jalan dakwah yang terjal ini.

Tapi aku ingin kita berhenti sejenak, bukan untuk menyerah. Sekali-kali tidak untuk menyerah saudaraku. Aku mau kita sejenak duduk bersama mengevaluasi, memperhatikan sekeliling kita, mengetahui seberapa jauh perjalanan kita dan jarak yang akan kita tempuh, memeriksa bekal, apakah ada orang selain kita yang melewati jalan yang kita lalui, dan memperbarui energi.

Saudaraku, selama perjalanan kita, adakah kamu melihat sekeliling. Melihat perubahan kearah yang baik dari mereka ataukah kita hanya sekedar awan yang menaungi kemudian pergi dalam sekejap. Kalau begitu, mari kita perbaiki dan maksimalkan potensi kita demi perubahan itu. Mengubah negeri yang katanya Ironisasi menjadi “sepenggal Firdaus”.

Taukah kamu jarak yang sudah kita tempuh selama perjalanan ini? Ayolah, kita harus tau sudah berapa jarak yang kita tempuh dan berapa lama kita berjalan. Trus, bagaimana strategi kita selanjutnya di perjalanan selanjutnya? Mari kita berhenti sejenak.

Bekal kita cukup? Cukup untuk kita dan cukup untuk kita beri pada yang lain? Karena bekal ini menjadi sumber referensi kita berdakwah, maka perbanyaklah bekal kita kawan. Untuk itulah kita berhenti sejenak, memeriksa bekal.

Aku perhatikan tidak banyak memang orang yang melewati jalan yang kita lalui ini, karena terjalnya. Mari kita buka jalan ini selebar-lebarnya kawanku, agar lebih banyak saudara kita lebih dan lebih banyak melewati jalan ini. Mari kita berhenti sejenak kawanku, memperbarui energi jasad, fisik, dan ruh kita, agar bugar saat melanjutkan perjalanan ini dan lebih maksimal.

Ya, mari kita berhenti sejenak.

(terinspirasi dari bagian “mari berhenti sejenak” buku Menikmati Demokrasi oleh Ust. M. Anis Matta)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline