Ada rasa bangga saat anak nomor dua bisa lolos dan diterima di universitas ternama di negeri ini, Intitut Teknologi Bandung (ITB), lewat jalur SNMPTN tahun 2021. Namun kebahagiaan itu hampir saja sirna, karena ditengah pandemic Covid-19, perkuliahan mahasiswa saat itu masih dilakukan secara daring/online lewat zoom. Banyak kendala dan persoalan yang dialaminya dalam mengikuti kuliah daring tersebut, mulai dari paket pulsa yang cepat habis, hp yang panas, sinyal yang jelek, dan lain sebagainya.
Apalagi keberadaan anak dan istri saya ada dikampung, tepatnya di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, sementara saya sendiri sebagai perantau di Ibukota Jakarta yang tidak bisa setiap saat mendampingi anak saat belajar, karena harus mencari nafkah demi anak dan istri.
Perlu diketahui bahwa kampung halaman kami di wilayah Jawa Tengah bagian selatan tersebut, merupakan desa dengan penduduk rata-rata petani, jangankan untuk memikirkan internet, untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti sandang, pangan dan papan saja sudah sangat bersyukur.
Untuk memasang fasilitas internet di rumah tidak memungkinkan karena belum ada jaringan kabelnya sampai ke pelosok kampung kami. Salah satu solusi ketika ingin menggunakan internet, selain menggunakan pulsa dari hp, bisa juga ke kantor Telkom setempat yang menyediakan tempat untuk berinternet, layaknya di warnet, dengan membayar perjam, sekitar enam ribu rupiah waktu itu. Jarak tempuh dari rumah ke kantor Telkom sekitar tujuh kilometer, lumayah jauh melewati sawah, perkampungan dan jalan raya.
Sementara kegiata perkuliahan dari kampus sebagai mahasiwa tahap persiapan, terkadang tidak mengenal waktu, bisa pagi, siang, bahkan malam, ada saja kuliah atau tugas secara daring.
Hal yang paling mendebarkan bagi saya sebagai orang tua yang jauh dari anak dan istri adalah ketika mendapat wa dari anak maupun istri yang mengabarkan tentang kesulitan-kesulitan anak saat itu dalam mengikuti perkuliahan karena terkendala jaringan internet tersebut.
Lantas saya rajin mencari informasi dari berbagai sumber, untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan sulitnya sumber internet di pedesaan sebagaimana dialami anak saya tersebut. Sementara untuk memasang jaringan internet di rumah yang berbasis kabel jelas tidak memungkinkan, karena di rumah kami tersebut sampai saat ini belum ada jaringan kabel telpon sampai disana.
Saya menemukan lewat IG tentang layanan internet tanpa kabel berbasis modem, saat itu saya mencoba cari informasinya ternyata dari sisi harga cukup lumayan bagi ukuran kami. Dan saya suruh anak dan istri menghubungi nomor kontak yang telah saya berikan guna pemasangan modem tersebut, untuk diwilayah kampung kami.
Dan, Alhamdulillah, persoalan internet dari anak desa yang sedang kuliah daring, akhirnya bisa teratasi, dan sampai sekarang kemanapun modem tersebut selalu dibawahnya, termasuk ketika sudah kost di-Bandung, sebagai cadangan suatu saat berada ditempat yang sulit jaringan internetnya.
IndiHome sebagai brand terbesar dalam penyedia internet di negeri ini sudah harus berinovasi, untuk memenuhi kebutuhan para pelangganya dengan menyediakan modem portable tanpa kabel yang bisa dibawah kemanapun, dengan jangkauan bisa dikases keseluruh pelosok negeri.
Disatu sisi pembelajaran dan perkuliahan daring, begitu efisien dan banyak hal terkait teknologi yang bisa didapatkan, namun disisi lain banyak sekali keterbatasan-keterbatasan, terutama dari sisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh anak, baik siswa maupun mahasiwa itu sendiri.